Di sisi lain, kolaborasi lintas sektor juga sangat dibutuhkan. Ia menyebutkan bahwa polusi udara dan perubahan iklim memiliki dampak besar terhadap CRD sehingga kebijakan kesehatan harus terintegrasi dengan kebijakan lingkungan dan pembangunan.
Baca juga: Waspadai Serangan Asma pada Anak, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya
Sejumlah inisiatif kesehatan juga mulai digerakkan di Indonesia. Salah satunya melalui dukungan AstraZeneca terhadap penerapan pedoman global terkini, Global Initiative for Asthma (GINA) 2025, yang mendorong praktik penanganan asma lebih tepat sasaran dan berbasis bukti ilmiah.
Upaya lain yang dijalankan adalah memperluas akses terapi inovatif untuk pasien asma maupun PPOK melalui kerja sama dengan berbagai jaringan layanan kesehatan dan farmasi.
Selain itu, hadir pula platform digital seperti nafaslega.id dan stopketergantungan.id yang bertujuan meningkatkan literasi masyarakat, khususnya dalam pemahaman tentang terapi inhalasi dan pentingnya pengelolaan jangka panjang.
Esra menambahkan, seluruh inisiatif itu adalah wujud upaya perusahaan untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh, adaptif, dan berdaya jangka panjang.
Baca juga: Mengurangi Sesak Napas dengan Latihan Pernapasan Alami, Ini Penjelasan Dokter
Esra percaya, akses kesehatan berkelanjutan bukan hanya soal mengobati penyakit, tetapi juga tentang memberikan kesempatan hidup yang lebih bermakna.
Ia menyampaikan bahwa setiap orang seharusnya memiliki hak untuk bernapas lega, beraktivitas tanpa terbatas, dan bermimpi tanpa rasa takut.
“Dengan kolaborasi dari semua pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, industri, hingga masyarakat, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih sehat. Kesehatan bukanlah hak istimewa, melainkan hak semua orang,” katanya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya