KOMPAS.com - Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa kombinasi produk perawatan rambut yang umum kita gunakan serta panas yang berasal dari alat penata rambut, dapat menghasilkan tingkat polusi udara berupa nanopartikel yang setara dengan berdiri di dekat jalan raya yang padat.
Studi tersebut menyebutkan partikel berukuran hingga 500 nanometer tercipta dalam proses tersebut.
Partikel-partikel itu cukup halus sehingga bisa masuk jauh ke dalam paru-paru. Temuan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bahaya kesehatan yang mungkin kita hadapi dari rutinitas perawatan rambut sehari-hari.
Sebuah tim dari Purdue University di AS melakukan studi ini di sebuah laboratorium rumah kecil yang mereka bangun khusus. Lab tersebut sebelumnya dipakai untuk menguji bahan kimia dari produk perawatan rambut, tetapi para peneliti kini ingin meneliti lebih dalam tentang polusi udara yang terkait.
Baca juga: Rambut Manusia Efektif Serap Tumpahan Minyak di Lingkungan
"Ini benar-benar cukup mengkhawatirkan. Jumlah nanopartikel yang terhirup dari penggunaan produk perawatan rambut yang biasa dibeli di toko jauh lebih besar dari yang kami perkirakan," ungkap Nusrat Jung, salah satu peneliti dalam studi ini, dikutip dari Science Alert, Selasa (2/9/2025).
"Studi semacam ini belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga hingga saat ini, masyarakat masih kurang memahami potensi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rutinitas perawatan rambut sehari-hari mereka," tambahnya.
Dalam studinya, para peneliti meminta bantuan tujuh sukarelawan yang menjalani total 21 rutinitas perawatan rambut, yang mencakup lima produk dan peralatan berbeda seperti catokan, pengeriting rambut, dan pengeriting rambut. Polusi udara nanopartikel kemudian diukur pada setiap kasus.
Hasilnya menurut hasil percobaan rutinitas yang berlangsung 10 hingga 20 menit dapat menghasilkan lebih dari 100.000 nanopartikel per sentimeter kubik.
Model simulasi kemudian menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut memungkinkan lebih dari 10 miliar nanopartikel terhirup, dengan banyak di antaranya masuk ke bagian terdalam paru-paru.
Memanaskan produk perawatan rambut hingga suhu di atas 149 derajat C merupakan faktor utama yang menyebabkan penyebaran nanopartikel dalam jumlah besar ke udara.
Pada suhu yang lebih rendah, partikel yang dihasilkan jauh lebih sedikit, dan umumnya partikel tersebut tetap menempel pada rambut.
"Pembentukan nanopartikel di atmosfer sangat responsif terhadap aplikasi panas ini," terang Jianghui Liu, peneliti lain dari studi ini.
Baca juga: Paparan Logam dan Sulfat dalam Polusi Udara Berpotensi Tingkatkan Risiko Asma
"Panas adalah pendorong utamanya, lalu membentuk dan tumbuh menjadi nanopartikel baru, yang sebagian besar ukurannya kurang dari 100 nanometer," katanya lagi.
Kerusakan yang disebabkan oleh nanopartikel khusus ini belum jelas. Namun, penelitian mengenai dampak kesehatan dari partikel berukuran mikrometer semakin menunjukkan risiko yang terkait dengan polusi udara secara umum.
Karena ukurannya yang sangat kecil, nanopartikel serta dampak kesehatan yang ditimbulkannya pun sulit dilacak.
Meskipun begitu, penelitian pada hewan telah menunjukkan bagaimana nanopartikel di paru-paru dapat meningkatkan peradangan dan jenis kerusakan jaringan lainnya.
Peneliti pun menyarankan supaya memastikan ruangan atau area saat menggunakan produk rambut dengan tingkat panas tinggi memiliki ventilasi yang baik.
Mereka juga merekomendasikan dilakukannya eksperimen lebih lanjut untuk melacak polusi nanopartikel secara lebih detail dan untuk lebih memahami komposisi kimia dari partikel-partikel kecil yang beterbangan ini.
"Dengan mengatasi kesenjangan penelitian ini, studi di masa depan dapat memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang emisi dan paparan yang terkait dengan penataan rambut berbasis panas, berkontribusi pada penilaian polusi udara dalam ruangan yang lebih baik dan strategi mitigasi," kata Jung.
Penelitian ini telah dipublikasikan di Environmental Science & Technology.
Baca juga: Studi Ungkap Polusi Cahaya Sebabkan Burung di Perkotaan Kurang Tidur
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya