Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Daerah di Indonesia Raih Penghargaan ASEAN Environmentally Sustainable Cities

Kompas.com, 10 September 2025, 11:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan bahwa lima kota dan kabupaten di Indonesia meraih penghargaan The 6th ASEAN Environmentally Sustainable Cities (ESC) Award dan The 5th Certificate Recognition. Kelima daerah itu antara lain Kabupaten Banyumas, Kota Malang, Kota Bandung, Kota Padang, dan Kabupaten Ciamis.

Deputi Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon KLH sekaligus Ketua Delegasi Indonesia, Ary Soedijanto, mengatakan penghargaan diberikan untuk kota dan kabupaten di ASEAN yang dinilai berhasil mewujudkan tata kelola lingkungan berkelanjutan.

Indikator utamanya mencakup udara, air, dan lahan bersih, keanekaragaman hayati perkotaan, ruang terbuka hijau, serta penerapan ekonomi sirkular.

“Indonesia mengapresiasi ASEAN Environmentally Sustainable Cities Award dan The 5th Certificate Recognition. Indonesia berharap semakin banyak kota-kota ASEAN yang dapat memenuhi kriteria penilaian dari penghargaan ini,” ungkap Ary dalam keterangannya, Selasa (9/9/2025).

Baca juga: Membangun Tanpa Merusak, Masyarakat Adat Aru Raih Penghargaan Kelas Dunia

Kabupaten Banyumas meraih ASEAN ESC Award berkat pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang inovatif dan inklusif. Dengan 67 bank sampah aktif, penerapan prinsip 3R, hingga produksi refuse derived fuel (RDF).

Ary menyampaikan, Banyumas mampu mengelola 77 persen timbulan sampah. Inovasi seperti tempat pembuangan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R), budi daya maggot, pengomposan, serta pengadaan ramah lingkungan menjadikan daerah ini sebagai model pengelolaan sampah di Asia Tenggara dan tujuan pembelajaran regional.

Selanjutnya, Malang meraih sertifikat pengakuan kategori udara bersih untuk kota besar. Pemerintah Kota Malang rutin mengadakan uji emisi kendaraan, menanam 518 pohon, menurunkan konsentrasi polutan hingga memenuhi standar internasional.

Hasilnya, indeks kualitas udara Kota Malang mencapai 88,36, yang berdampak positif bagi kesehatan masyarakat, produktivitas ekonomi, dan kualitas pendidikan.

Ketiga, Kota Bandung mendapatkan sertifikat pengakuan untuk kategori air bersih kota besar atas keberhasilannya meningkatkan akses air bersih dan sanitasi. Setidaknya, 91,6 persen rumah tangga kini bisa mengakses air minum layak, sementara 82,5 persen rumah tangga dan industri terhubung ke sistem pembuangan limbah nasional.

Baca juga: Raih Proper Hijau Berturut-turut, Jababeka Jadi Kawasan Industri dengan Predikat Tertinggi

Kota ini juga mengembangkan inovasi reklamasi mata air menjadi ruang publik multifungsi. Sehingga menurunkan kasus diare. Lalu, Kota Padang memperoleh sertifikat pengakuan kategori ekonomi sirkular untuk kota besar dengan mendorong transformasi pengelolaan sampah menjadi sumber daya bernilai ekonomi.

Melalui bank sampah, budi daya maggot, serta program Pengadaan Barang/Jasa Ramah Lingkungan, Padang menghasilkan produk daur ulang yang dipasarkan. Tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) berkapasitas 200 ton/hari di TPA Aie Dingin menghasilkan bahan bakar co-firing untuk industri semen, serta pembangunan TPST tambahan berbasis kompos, biokonversi, dan pirolisis.

Terakhir, Kabupaten Ciamis meraih sertifikat pengakuan kategori clean land untuk kota kecil atas keberhasilan menurunkan sampah ke TPA dari 45 truk per hari pada 2019 menjadi hanya 9 truk per hari di 2024.

Pemda Ciamis mendorong 298 unit TPS3R, dan bank sampah induk berbasis masyarakat. Program inovatif seperti Sedekah Sampah, pelarangan plastik kurban, hingga insentif sepeda motor bagi penabung sampah terbaik berhasil meningkatkan partisipasi warga.

Selain itu, mengembangkan proyek pemanfaatan gas metana menjadi energi di TPA Banjaranyar dan Ciminyak.

Baca juga: Atasi Sampah Makanan, Rutinitas Harian Kita Jadi Kunci Utama

Ary berpandangan, penghargaan yang didapatkan kelima daerah tersebut adalah bukti nyata dari komitmen Indonesia dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

“Kami akan terus menyinergikan program Adipura dengan kriteria ASEAN Environmentally Sustainable Cities untuk mendorong lebih banyak lagi kota di Indonesia agar mampu bersaing dan diakui di tingkat internasional, demi mewujudkan lingkungan hidup yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tutur dia.

Penilaian Adipura akan disinergikan dengan kriteria ESC. Dengan begitu makin banyak kota di Indonesia yang memenuhi standar regional dan layak memperoleh penghargaan internasional.

Melalui capaian ini, Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah-daerah penerima penghargaan, tetapi juga menginspirasi kota lain di ASEAN untuk mereplikasi praktik terbaik menuju pembangunan kota hijau dan berkelanjutan. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau