Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Ungkap Potensi Radiasi Pangan Selamatkan Rp 500 T Food Loss Indonesia

Kompas.com, 22 September 2025, 11:28 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemanfaatan teknologi radiasi pangan dapat meminimalisir hilangnya atau menurunnya kualitas makanan pada tahap produksi, pasca panen, pemrosesan, sampai distribusi dalam rantai pangan, sebelum mencapai konsumen akhir (food loss).

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Syaiful Bakhri menyebut, potensi kerugian ekonomi akibat food loss di Indonesia mencapai Rp 500 triliun per tahun.

"Salah satu tantangan untuk mewujudkan sawasembada pangan ini adalah masih tingginya angka food loss. Padahal, angka ini (potensi kerugian ekonomi) mungkin bisa kita reduksi dengan memanfaatkan teknologi radiasi," ujar Syaiful dalam webinar, Jumat (19/9/2025).

Ia menilai, teknologi radiasi pangan bisa memperpanjang umur simpan makanan dan mendukung rantai pasok, yang pada gilirannya mendukung swasembada pangan.

Pemanfaatan teknologi radiasi pangan sudah teruji di 60 negara. Bahkan, sejumlah negara menjadi teknologi radiasi pangan sebagai syarat karantina untuk masuk ke negara mereka.

Syaiful mengungkapkan, saat ini sudah ada sekitar 294 instalasi radiasi pangan dalam bentuk E-beam (berkas elektron) maupun iradiator. Namun, saat ini di Indonesia belum tumbuh industri pangan berbasis teknologi radiasi.

Baca juga: KPA: 3.406 Desa Sentra Pangan Diklaim Kawasan Hutan, Petani Terhimpit

Padahal, pemerintah daerah sebenarnya dapat membuat instalasi radiasi pangan. Misalnya, instalasi radiasi pangan di Kalimantan Timur.

"Tetapi, di Indonesia belum banyak berperan dalam hal ini. Mungkin ke depan, bagaimana kita bisa memperkuat kolaborasi di level nasional maupun internasional agar teknologi radiasi pangan yang ramah lingkungan dan aman ini bisa lebih dimanfaatkan untuk kedaulatan pangan kita sekaligus meningkatkan nilai tambah dan devisa ekspor di masing-masing daerah," tutur Syaiful.

Keunggulan teknologi radiasi

Pemanfaatan teknologi tersebut untuk pangan menggunakan radiasi pengion berupa sinar gamma, sinar-X, atau berkas elektron.

Pemanfaatan teknologi itu bertujuan menginaktivasi mikroba patogen, mendesinfeksi serangga hama, memperpanjang masa simpan, menunda pematangan, serta menghambat pertunasan pada umbi-umbian.

"Yang kita radiasi adalah rempah-rempah, umbi-umbian, dan buah-buahan," ujar Peneliti Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN, Murti Indarwatmi.

Pemanfaatan teknologi radiasi memiliki sejumlah keunggulan daripada berbagai perlakuan serupa lainnya.

Pertama, efektif membunuh mikroba. Kedua, tidak meninggalkan residu. Ketiga, praktis. Keempat, terhindar dari reinfestasi hama. Kelima, kualitas produk tetap terjadi. Keenam, cocok untuk produk yang sensitif terhadap panas, karena proses non-termal.

"(Teknologi radiasi) ini dapat membunuh mikroba yang tersembunyi, itu telur dan hamanya ada di dalam buah, yang mungkin dengan perlakuan lain saya kira akan lebih susah. (Apalagi), kalau menggunakan fumigasi misalnya yang umum digunakan, nanti meninggalkan residu," ucapnya.

Baca juga: Celios Dorong 23 Ribu Desa Jadi Basis Pangan Restoratif, Kurangi Ketergantungan Beras

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau