Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 65 Persen Pimpinan Industri Anggap Transisi Energi Asia Tenggara Sudah Cepat

Kompas.com, 23 September 2025, 18:32 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan oleh divisi Energy Industries menemukan, hampir dua pertiga (65 persen) pemimpin industri energi di Asia Pasifik (APAC) meyakini bahwa kemajuan transisi energi di wilayah ini sudah berjalan dengan kecepatan yang memadai.

Riset yang berjudul Asia Pacific Energy Transition Readiness Index 2025, bertujuan untuk mengukur seberapa siap kawasan Asia Pasifik dalam menghadapi transisi energi.

Laporan ini menyurvei lebih dari 4.000 pemimpin bisnis di 12 negara dan 10 industri untuk mendapatkan data dan wawasan.

Riset berfokus pada industri-industri yang membutuhkan banyak energi, seperti industri kimia, pusat data, pembangkitan energi dan listrik, manufaktur, minyak dan gas, transportasi, dan lainnya.

Berdasarkan 20 indikator yang mencakup aspek Strategi, Teknologi dan Infrastruktur, Keuangan, serta Bakat, penelitian ini menunjukkan bahwa 60 persen perusahaan berada pada tingkat kesiapan yang tinggi atau rata-rata, sedangkan 40 persen sisanya masih di tahap awal untuk menghadapi transisi energi.

Baca juga: Pemakaian AI Melesat, Pertanian Asia Pasifik Bakal Lebih Adaptif Iklim

"Sangat menggembirakan melihat Asia Pasifik tetap berkomitmen pada tujuan keberlanjutan dan transisi energi. Untuk mempercepat tingkat kesiapan, diperlukan kombinasi dari kepastian kebijakan, inovasi teknologi, investasi finansial, dan kolaborasi yang terfokus," papar Anders Maltesen, Presiden divisi Energy Industries ABB untuk kawasan Asia, dikutip dari Eco Business, Jumat (19/9/2025).

Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan momentum untuk transformasi digital, di mana 71 persen responden mengidentifikasi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi sebagai pendorong utama transisi energi.

Data survei menunjukkan adanya peluang bagi perusahaan untuk memanfaatkan AI dalam manajemen energi berbasis data, mempercepat investasi pada solusi smart grid, dan mendukung interoperabilitas.

Lebih lanjut, hasil temuan survei menunjukkan pula investasi transisi energi semakin cepat, di mana 99 persen perusahaan telah meningkatkan pengeluaran terkait transisi energi selama setahun terakhir.

Jumlah pemimpin yang memperkirakan investasi transisi akan tumbuh 50 persen atau lebih, diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Selain itu, lebih dari 73 persen perusahaan berencana mengalokasikan setidaknya 10 persen dari belanja modal mereka untuk inisiatif transisi, yang menunjukkan lintasan investasi yang berkelanjutan.

Baca juga: Ekonomi 11 Negara Asia-Pasifik Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Mana Saja?

Otomasi, elektrifikasi, dan digitalisasi menjadi pendorong utama untuk mencapai efisiensi, keberlanjutan, dan ketahanan yang lebih baik.

Hasil survei lebih lanjut menunjukkan bahwa digitalisasi (38 persen) dan otomasi (35 persen) diprioritaskan untuk transformasi operasional. Sementara itu, elektrifikasi (27 persen) mendorong upaya dekarbonisasi dan kemajuan menuju target nol-bersih (net-zero).

Indeks tersebut juga mengidentifikasi bahwa, di mana terdapat tantangan, kolaborasi lintas sektor dapat membantu.

Hampir tiga perempat responden (62 persen) menyerukan insentif pemerintah yang lebih kuat. Sementara itu, 60 persen menginginkan lebih banyak kolaborasi lintas wilayah untuk infrastruktur jaringan listrik, dan 56 persen mendukung peningkatan investasi dari sektor swasta.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa energi surya siap untuk memimpin transisi energi di Asia Pasifik, dengan 73 persen perusahaan yang disurvei sudah mengadopsinya dan 45 persen berencana untuk melakukan ekspansi besar dalam lima tahun ke depan.

Pembangkit listrik tenaga air (55 persen) dan angin (51 persen) juga banyak digunakan. Sementara itu, sumber energi baru seperti hidrogen hijau (37 persen), bioenergi (33 persen), dan panas bumi (25 persen) mulai mendapatkan daya tarik.

Penelitian ini, yang dilaksanakan antara Mei dan Juni 2025, makin membuktikan komitmen kuat Asia Pasifik terhadap transisi energi.

Baca juga: Menjemput Peluang Transisi di Tengah Turunnya Batu Bara

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau