Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Mayoritas Perusahaan Bangun Proyek Baru di Lokasi yang Rentan Bencana Iklim

Kompas.com - 24/09/2025, 08:35 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Survei yang dilakukan perusahaan asuransi properti komersial FM menemukan mayoritas perusahaan (72 persen) tidak sepenuhnya memasukkan pertimbangan risiko iklim ke dalam rencana pembangunan lokasi barunya.

Survei ini dilakukan terhadap 800 manajer risiko perusahaan berbagai sektor teknologi global, manufaktur, dan industri dengan pendapatan tahunan minimal 250 juta dolar AS.

Sekitar 150 pialang asuransi juga dimintai pendapat mereka tentang manajemen risiko iklim fisik.

Mayoritas para pembuat keputusan di perusahaan (95 persen) yakin bahwa mereka sudah sepenuhnya atau sebagian besar menyadari di mana lokasi perusahaan mereka terpapar risiko cuaca ekstrem.

Baca juga: Pusat Data Rentan Bencana Iklim, Kerugian Bisa Capai Miliaran Dolar

Hampir delapan dari sepuluh (80 persen) perusahaan telah mulai memperbarui asumsi mereka sebelumnya tentang tingkat paparan risiko, sesuai dengan data cuaca lokal dan/atau ilmu iklim yang terbaru.

Meskipun demikian, secara umum, para responden yang disurvei oleh FM kemungkinan besar terlalu percaya diri dengan kesiapan mereka.

FM meminta responden untuk memperkirakan persentase aktivitas ekonomi di negara mereka yang terpapar risiko angin atau banjir. Hasilnya, hampir tiga perempat dari mereka meremehkan risiko tersebut.

Selain itu, hanya 28 persen dari responden yang disurvei menyatakan bahwa bisnis mereka sudah sepenuhnya memasukkan pertimbangan risiko iklim ke dalam rencana pembangunan lokasi baru.

Pendekatan ini direkomendasikan oleh para pialang asuransi untuk memastikan bahwa lokasi-lokasi tersebut dapat dicakup oleh asuransi secara memadai.

Baca juga: Krisis Iklim, Pulau Kecil Tenggelam dan Perlu Mitigasi Berbasis Lokal

"Kami menemukan kesenjangan yang semakin terlihat dalam kesadaran dan mitigasi, padahal saat ini banyak bisnis menghadapi tekanan yang lebih besar dari karyawan, investor, dan regulator untuk sepenuhnya mengelola ancaman terkait cuaca, baik yang terjadi di dalam maupun di luar operasional mereka," ungkap Dr. Louis Gritzo, kepala petugas sains FM, melansir Edie, Jumat (19/9/2025).

“Kabar baiknya adalah berbagai organisasi mulai merespons. Mereka mengedukasi diri sendiri tentang perubahan ini dan melacak serta memantau cuaca agar lebih siap,” tambah Gritzo.

Sementara itu perusahaan keuangan global S&P memperingatkan bahwa suhu rata-rata global hampir dipastikan (kemungkinan 90 persen) akan menjadi 1,5 derajat lebih hangat pada tahun 2040 dibandingkan era pra-industri.

Sementara itu untuk kenaikan sebesar 2,3 derajat Celsius kemungkinannya adalah 50 persen.

Baca juga: Perubahan Iklim Bisa Rugikan Produktivitas Global Hingga 1,5 Triliun Dolar AS

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Nelayan Sumba Didorong Kelola Laut Berbasis Data dan Kearifan Lokal
Nelayan Sumba Didorong Kelola Laut Berbasis Data dan Kearifan Lokal
LSM/Figur
Malaumkarta Raya Sahkan Aturan Laut, Adat dan Negara Bisa Bersatu Jaga Alam
Malaumkarta Raya Sahkan Aturan Laut, Adat dan Negara Bisa Bersatu Jaga Alam
LSM/Figur
Mikroplastik Naik ke Langit, Turun Bersama Hujan Jakarta, Saatnya Kita Putus Siklusnya
Mikroplastik Naik ke Langit, Turun Bersama Hujan Jakarta, Saatnya Kita Putus Siklusnya
Pemerintah
Menanam Mangrove, Menumbuhkan Harapan: Cara Lestari KG Media Melampaui Berita
Menanam Mangrove, Menumbuhkan Harapan: Cara Lestari KG Media Melampaui Berita
Swasta
SEAMEO CCEP: Bangun PAUD yang Sesuai Realita agar Anak Bisa Belajar dari Kehidupan
SEAMEO CCEP: Bangun PAUD yang Sesuai Realita agar Anak Bisa Belajar dari Kehidupan
Pemerintah
Pertamina Dorong Kolaborasi Nasional Menuju Langit Rendah Emisi
Pertamina Dorong Kolaborasi Nasional Menuju Langit Rendah Emisi
BUMN
KG Media Tanam 10.000 Bibit Mangrove di Indramayu, Bisnis Bisa Lestari
KG Media Tanam 10.000 Bibit Mangrove di Indramayu, Bisnis Bisa Lestari
Swasta
RI Butuh Pembiayaan Berkelanjutan untuk Lindungi 30 Persen Area Laut pada 2045
RI Butuh Pembiayaan Berkelanjutan untuk Lindungi 30 Persen Area Laut pada 2045
Pemerintah
RI Butuh Dana Rp 3.000 T untuk Bangun EBT, PLN Dorong Investasi Swasta
RI Butuh Dana Rp 3.000 T untuk Bangun EBT, PLN Dorong Investasi Swasta
BUMN
Hutan Miskin Pendanaan, Butuh Rp 3500 T per Tahun agar Tetap Kaya Manfaat
Hutan Miskin Pendanaan, Butuh Rp 3500 T per Tahun agar Tetap Kaya Manfaat
LSM/Figur
CEO Connect Digelar, Pertemukan Pemerintah-Swasta untuk Wujudkan Kemandirian Energi
CEO Connect Digelar, Pertemukan Pemerintah-Swasta untuk Wujudkan Kemandirian Energi
Swasta
Wujudkan Hak Dasar Anak, GNI dan Puskesmas Hadirkan Program Cek Kesehatan Gratis di SD Kelapa Gading
Wujudkan Hak Dasar Anak, GNI dan Puskesmas Hadirkan Program Cek Kesehatan Gratis di SD Kelapa Gading
LSM/Figur
Respon Purbaya, Pertamina Percepat Transformasi Perusahaan
Respon Purbaya, Pertamina Percepat Transformasi Perusahaan
Swasta
Konsentrasi CO2 Naik Tertinggi Sejak 1957, Krisis Iklim Kian Serius
Konsentrasi CO2 Naik Tertinggi Sejak 1957, Krisis Iklim Kian Serius
Pemerintah
Aturan Baru Korsel, Pesawat yang Lepas Landas dari Wilayahnya Harus Pakai Avtur Berkelanjutan
Aturan Baru Korsel, Pesawat yang Lepas Landas dari Wilayahnya Harus Pakai Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau