Lebih lanjut, sinyal pertumbuhan yang paling jelas datang dari sektor penjualan dan penyewaan barang bekas. Lebih dari separuh konsumen (54 persen) menyatakan kesediaan mereka untuk membeli produk bekas langsung dari merek mewah, sementara 50 persen akan mempertimbangkan opsi penyewaan untuk keperluan acara tertentu atau demi kemudahan.
Baca juga: Mungkinkah Kita Streaming Musik dengan Cara Ramah Lingkungan?
Sementara itu Rachel Daydou dari EY Fabernovel berpendapat potensi pasar jual kembali (resale) sangatlah besar.
Ia menjelaskan bahwa penjualan barang bekas yang disertifikasi langsung oleh merek mewah dapat bersaing dengan platform pihak ketiga sekaligus menjawab kekhawatiran konsumen mengenai nilai, keaslian, dan aspek keberlanjutan.
"Bagi rumah mode, ini bukan berarti kehilangan eksklusivitas, melainkan kesempatan untuk menjadi pionir di pasar ini," tambahnya.
Survei ini akhirnya menyimpulkan bahwa tugas berat merek mewah adalah menjaga nilai historis mereka sembari merespons tuntutan konsumen saat ini akan akses, harga yang masuk akal, dan tanggung jawab sosial.
Indeks Klien Mewah EY menyimpulkan bahwa pertumbuhan di masa depan akan bergantung bukan pada eksklusivitas semata, melainkan pada kemampuan merek untuk mendefinisikan dan memberikan nilai yang relevan dalam dunia yang menjadikan keberlanjutan dan ekonomi sirkular sebagai bagian tak terpisahkan dari makna kemewahan.
Baca juga: Adaptasi Keberlanjutan, Lebih dari 1000 BPR di Indonesia akan Gunakan Platform ESG
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya