KOMPAS.com - Laporan terbaru dari Asia Research & Engagement (ARE) menyimpulkan bank-bank di kawasan ASEAN sedang menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam tindakan menghadapi perubahan iklim.
Hasil tersebut didapat setelah menganalis lembaga-lembaga perbankan di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Studi berjudul "Bridging the Gap: Have ASEAN Banks Caught Up on Climate Action? " menemukan bahwa 11 dari 14 bank yang diteliti telah menetapkan target net-zero jangka panjang untuk emisi yang berasal dari pembiayaan mereka. Sebagai perbandingan, pada tahun 2022, jumlah bank dengan target serupa hanya 3.
Walaupun telah menunjukkan kemajuan, bank-bank ASEAN masih belum menyamai institusi keuangan di Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.
Di negara-negara tersebut, target dekarbonisasi jauh lebih komprehensif dan sudah disinkronkan dengan rencana net-zero nasional mereka pada tahun 2050.
Baca juga: Langkah Mundur Aksi Iklim, Aliansi Perbankan Net-Zero Global Bubar
Melansir Know ESG, Senin (13/10/2025), laporan mencatat adanya kenaikan pada kinerja kebijakan, yaitu dari 20 persen di tahun 2022 menjadi 38 persen di tahun 2025.
Lebih dari 50 persen bank telah berkomitmen untuk tidak lagi mendanai proyek batu bara baru.
Selain itu, lima bank telah menetapkan tenggat waktu untuk secara bertahap mengakhiri semua urusan pembiayaan yang terkait dengan batu bara yang sudah ada.
Enam dari bank yang disurvei telah menetapkan kebijakan khusus bagi industri yang menghasilkan emisi karbon tinggi. Selain itu, lima bank telah menyesuaikan target net-zero mereka agar sejalan dengan kerangka waktu 2050.
Dalam hal adopsi kebijakan, Malaysia berada di urutan terdepan, disusul oleh Thailand dan Indonesia.
Secara institusi, CIMB dan Maybank berada di puncak daftar, sementara BRI dan Siam Commercial Bank juga menunjukkan peningkatan signifikan.
Laporan tersebut juga mencatat peningkatan pada peran keberlanjutan di tingkat dewan direksi, dengan kinerja meningkat menjadi 54 persen dari 39 persen pada tahun 2022.
Seluruh bank yang diteliti telah memublikasikan tanggung jawab dewan direksi mereka terkait isu keberlanjutan. Selain itu, lebih dari 50 persen bank memiliki anggota dewan yang ahli di bidang iklim.
Bank yang menempati peringkat teratas adalah KBank (Thailand), CIMB (Malaysia), dan Maybank (Malaysia). Sementara itu, BCA dan HLB menunjukkan peningkatan kemajuan yang cepat.
Laporan menunjukkan pula adanya peningkatan signifikan dalam transparansi.
Baca juga: Lembaga Keuangan Diminta Setop Pembiayaan Wacana Ekspansi Batu Bara
Delapan bank kini telah mengungkapkan jumlah emisi yang mereka danai (naik dari nol di 2022), dan sepuluh bank melaporkan seberapa besar paparan mereka terhadap sektor-sektor berkarbon tinggi (naik dari empat bank).
BRI dan Mandiri mencatat kemajuan paling pesat, bersamaan dengan KBank (Thailand) yang juga maju.
Sebagian bank telah menyusun rencana transisi khusus untuk klien mereka dan menggunakan standar akuntansi karbon PCAF. Namun, hanya tiga bank yang telah mengintegrasikan analisis skenario risiko fisik ke dalam penilaian mereka.
Lebih lanjut, tercatat sembilan bank telah mengumumkan target pembiayaan hijau mereka di tahun 2025. Menariknya, volume pembiayaan hijau di bank-bank yang konsisten melapor mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Laporan ini akhirnya menyimpulkan bahwa bank-bank ASEAN telah bergerak maju dalam tata kelola, janji net-zero, dan pembatasan pembiayaan batu bara.
Meskipun demikian, mereka masih perlu bekerja lebih keras untuk mencapai level yang setara dengan institusi keuangan terkemuka lainnya di Asia.
Baca juga: Adaptasi Keberlanjutan, Lebih dari 1000 BPR di Indonesia akan Gunakan Platform ESG
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya