JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga inovator teknologi iklim, yakni Aslan Renewables, Arukah Capital, dan SXD AI, berhasil meraih total pendanaan katalis senilai Rp10 miliar dari ajang Climate Impact Innovations Challenge (CIIC) 2025. Dana tersebut akan digunakan untuk menguji coba solusi iklim mereka di Indonesia.
Kompetisi inovasi teknologi iklim terbesar di Indonesia ini digagas oleh East Ventures dan Temasek Foundation. Pada tahun ini event tersebut memasuki edisi ketiganya.
Adapun acara puncak digelar pada 11 Oktober 2025 di Jakarta International Convention Center, bertepatan dengan penyelenggaraan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025.
Baca juga: Solusi Iklim Tumbuh dari Imajinasi Komunitas Pinggiran
CIIC berfokus pada tiga bidang utama, yakni transisi energi, pertanian berkelanjutan, dan ekonomi sirkular. Program ini dirancang untuk mempercepat solusi teknologi yang mampu menekan dampak perubahan iklim sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru.
CIIC 2025 menarik lebih dari 500 pendaftar dari 50 negara, menunjukkan besarnya minat global terhadap pengembangan inovasi iklim di Indonesia. Dari jumlah itu, sembilan finalis terpilih untuk mempresentasikan ide mereka di hadapan panel juri yang terdiri dari investor dan pemimpin industri.
“Keberlanjutan dan dampak positif selalu menjadi DNA East Ventures. Tahun ini kami melihat banyak inovasi yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong produktivitas dan mempercepat solusi iklim,” kata Avina Sugiarto, Partner East Ventures dalam keterangan resmi, Selasa (14/10/2025).
Adapun tiga pemenang kompetisi ini adalah Aslan Renewables yang mengembangkan pembangkit listrik tenaga air modular tanpa bendungan besar, yang menghasilkan listrik berbiaya rendah dengan efisiensi hingga 86 persen.
Baca juga: Bank ASEAN Tingkatkan Ambisi Iklim, BRI dan Mandiri Pimpin dalam Pengungkapan Emisi
Kemudian Arukah Capital yang menciptakan energi bersih dan bioproduk dari limbah pertanian, serta membagikan hingga 50 persen pendapatan karbon kepada petani kecil.
Terakhir adalah SXD AI yang mengembangkan bahan tekstil tanpa limbah (zero waste) yang menghemat bahan hingga 10 kali lipat, mengurangi emisi karbon hingga 80 persen, dan menekan biaya produksi hingga 55 persen.
Selain dana Rp10 miliar dari East Ventures dan Temasek Foundation, Sinar Mas Agribusiness & Food turut memberikan hadiah tambahan sebesar US$50.000 kepada Arukah Capital.
Head of Climate & Liveability Temasek Foundation, Heng Li Lang, mengatakan CIIC menjadi wadah penting untuk menjembatani inovator, investor, dan sektor publik agar solusi iklim dapat segera diimplementasikan.
“CIIC membantu para pemenang beralih dari tahap presentasi ke tahap uji coba nyata, dan memperluas dampaknya di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Andrew Murray selaku CEO Aslan Renewables, mengatakan pihaknya akan meluncurkan proyek percontohan pertama di Indonesia pada 2026.
Sementara itu, Joanna Yeo, CEO Arukah Capital, menyebut program ini membuktikan bahwa dekarbonisasi dan pengentasan kemiskinan dapat berjalan beriringan.
Baca juga: Krisis Iklim Ancam Panen, Teknologi Grafting Jadi Senjata Baru Petani Tomat
Dari sisi industri kreatif, Shelly Xu, CEO SXD AI, menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai pusat manufaktur berkelanjutan.
“Kami ingin menjadikan desain tanpa limbah sebagai standar baru industri,” ujarnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya