Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deforestasi Dunia di Luar Kendali, Naik hingga 63 Persen

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 17:05 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan dari Forest Declaration Assessment 2025 menunjukkan bahwa kondisi hutan dunia makin memburuk dan kritis.

Hal ini dikarenakan negara-negara tidak berhasil mencapai kemajuan yang diperlukan untuk mewujudkan target penghentian dan pemulihan deforestasi global pada 2030.

Laporan Forest Declaration Assessment ini dirilis tepat di tengah periode penting dari janji ambisius global tentang hutan, di mana tahun 2025 seharusnya menjadi momentum perubahan besar.

Laporan tersebut menekankan bahwa laju penggundulan hutan terus melonjak. Target global untuk mencapai nol deforestasi pada 2030 terancam gagal, mengingat sekitar 8,1 juta hektar hutan telah hilang pada tahun 2024.

Melansir Down to Earth, Selasa (14/10/2025), angka kehilangan hutan tersebut melebihi target tahunan yang ditetapkan sebesar 5 juta hektar.

Jumlah kehilangan hutan tiga juta hektar ini juga lebih tinggi dari yang dijanjikan oleh para pemimpin dunia untuk menghilangkan deforestasi dan degradasi hutan serta memulihkan 30 persen dari semua ekosistem yang terdegradasi termasuk hutan pada tahun 2030.

Lebih lanjut, laporan juga mengungkapkan bahwa hilangnya hutan primer tropis yang lembap dan tidak dapat dipulihkan mencapai 6,7 juta hektar. Kerugian ini melepaskan 3,1 miliar metrik ton gas rumah kaca.

Sektor pertanian permanen yang mencakup kelapa sawit, kakao, kebun buah-buahan, tanaman musiman, dan padang rumput merupakan kontributor utama deforestasi global, menyumbang 86 persen dari total penggundulan hutan selama sepuluh tahun terakhir.

Baca juga: Cuma 19 Persen Proyek REDD+ Sukses, Tanda Imbalan Tak Cukup Selamatkan Hutan

Peningkatan degradasi hutan

Laporan ini juga memberi peringatan keras bahwa tingkat degradasi hutan terus memburuk, di mana 8,8 juta hektar hutan tropis lembap mengalami kerusakan pada tahun 2024 saja.

Area lahan yang mengalami degradasi saat ini melebihi dua kali lipat dari target yang ditetapkan.

Hal ini mengakibatkan upaya penghentian degradasi hutan pada tahun 2030 meleset jauh dari jalur yang diharapkan, yaitu sebesar 235 persen dari target tahunan.

Laporan ini menemukan bahwa kebakaran hutan merupakan penyebab utama degradasi hutan, di mana Cekungan Amazon adalah wilayah yang paling parah terkena dampak kerusakan akibat kebakaran.

Emisi gas rumah kaca dari kebakaran hutan pada tahun 2024 mencapai 791 juta metrik ton, jumlah yang lebih besar daripada total emisi industri tahunan dari negara sekelas Jerman.

Cekungan Amazon adalah contoh nyata bagaimana perubahan iklim antropogenik dan praktik pengelolaan hutan yang buruk dapat menyebabkan gangguan alam menjadi faktor pendorong bersama keruntuhan ekosistem.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau