Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah

Kompas.com, 17 Oktober 2025, 20:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Laporan State of Wildfires edisi kedua memberikan peringatan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan area yang hangus akibat kebakaran hutan hingga 30 kali lipat di beberapa lokasi secara global.

Para peneliti menggunakan pengamatan satelit dan pemodelan canggih untuk mengidentifikasi dan menyelidiki penyebab kebakaran hutan antara Maret 2024 hingga Februari 2025, serta peran yang dimainkan oleh perubahan iklim dan penggunaan lahan.

Dr. Hamish Clarke dari University of Melbourne yang memimpin penelitian dari pihak Australia, menyatakan bahwa hubungan yang begitu nyata antara perubahan iklim dan kejadian ekstrem di level global ini adalah hal yang patut diwaspadai.

'Studi kami mengungkapkan bahwa area seluas total 3,7 juta kilometer persegi hangus terbakar oleh kebakaran hutan secara global'," katanya seperti dikutip dari Phys, Kamis (16/10/2025).

"Kita kini menyaksikan sendiri dampak perubahan iklim yang bermain di seluruh penjuru dunia pada tingkat yang ekstrem," papar Dr. Clarke lagi.

Baca juga: Kebakaran Hutan di Uni Eropa Capai Level Terburuk Sepanjang Sejarah

Pemanasan global tidak hanya menghasilkan cuaca yang lebih rentan terhadap kebakaran, tetapi juga memengaruhi siklus kehidupan tumbuhan mulai dari cara vegetasi tumbuh, lalu mengering, hingga menjadi bahan bakar yang mempercepat penyebaran api.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebakaran hutan di kawasan Pantanal-Chiquitano Amerika Selatan meluas 35 kali lipat karena perubahan iklim.

Selain itu, kebakaran ekstrem yang memecahkan rekor juga melanda Amazon dan Kongo, yang melepaskan miliaran ton karbon dioksida (CO2) ke atmosfer.

Dr. Clarke menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya kebakaran hebat di Los Angeles pada Januari lalu adalah 2 kali lipat lebih tinggi, dan area yang terbakar 25 kali lipat lebih luas, dibandingkan jika tidak ada pemanasan global akibat aktivitas manusia.

Laporan tersebut juga menyoroti adanya kasus dan dampak kebakaran ekstrem yang serupa di Kanada, Bolivia, dan Brasil.

Lebih lanjut, laporan ini mencatat bahwa sebanyak 100 juta jiwa terdampak oleh kebakaran hutan sepanjang 2024-2025, dan diperkirakan kerugian terhadap properti serta infrastruktur mencapai 215 miliar dolar AS.

Laporan kemudian memproyeksikan pandangan suram jika emisi gas rumah kaca berlanjut dan tidak dikendalikan.

Peningkatan gelombang panas dan kekeringan ekstrem diperingatkan akan membuat frekuensi dan intensitas kebakaran hutan di seluruh dunia makin parah, sehingga meningkatkan risiko yang mengancam nyawa manusia, properti, ekonomi, dan kelestarian lingkungan.

Baca juga: Dampak Jangka Panjang Kebakaran Hutan: Cemari Perairan Hingga 10 Tahun

Namun sekali lagi belum terlambat untuk bertindak.

Menurut Dr. Clarke, ada beberapa aksi yang bisa diambil. Pertama, kita perlu mengambil tindakan iklim yang jauh lebih kuat dan cepat, termasuk mengurangi emisi bahan bakar fosil dan mengurangi deforestasi serta pembukaan lahan.

Selain itu, ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan dan merespons risiko kebakaran, mulai dari pengelolaan vegetasi hingga persiapan penghuni rumah dan mendukung pemulihan bencana jangka pendek dan jangka panjang.

"Perspektif global ini menjadi pengingat tegas tentang eratnya keterkaitan dalam krisis iklim dan betapa mendesaknya kita memerlukan aksi global terpadu, serta komitmen berani untuk memangkas emisi gas rumah kaca secara signifikan dalam dekade ini," tambah Dr. Clarke.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau