Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace: KTT ke-27 ASEAN Jadi Momentum Hentikan Kabut Asap Lintas Batas

Kompas.com, 27 Oktober 2025, 18:37 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Greenpeace Indonesia dan Greenpeace Malaysia menilai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-27 ASEAN harus menjadi momen pertanggungjawaban negara untuk menghentikan kabut asap lintas batas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Melalui ASEAN Haze Report 2025, organisasi non pemerintah ini mencatat setiap tahunnya kabut asap menghantui kawasan Asia Tenggara. Penyebabnya antara lain arah angin, cakupan, dan durasi kabut asap.

“Temuan utama Greenpeace menunjukkan tumpang tindih antara kebakaran sebagai sumber kabut asap dan area konsesi di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) kritis di Sumatera dan Kalimantan di tahun 2015, 2019, dan 2023," kata peneliti senior Greenpeace Indonesia, Sapta Ananda, dalam keterangannya, Senin (27/10/2025).

Wilayah-wilayah itu memiliki lahan gambut yang sangat luas dan mudah terbakar jika kering. Kobaran api pun sulit dipadamkan.

Baca juga: BMKG: Kerugian Ekonomi akibat Karhutla Turun hingga Rp 68 T

"Kemudian, musim kemarau, El Nino, dan angin monsun memperparah situasi ini ke negara-negara tetangga,” imbuh dia.

Dalam laporannya, Greenpeace turut mengungkap perusahaan-perusahaan pencemar. Termasuk perusahaan asal Malaysia, yang disebut berhasil menghindari sanksi berat atau penangguhan izin meskipun namanya terkait dalam kasus kebakaran jutaan hektare lahan dan hutan gambut.

Sapta menyampaikan, sulitnya perjuangan masyarakat mencari keadilan memperkeruh situasi penegakan hukum yang masih lemah dari pemerintahan negara ASEAN.

Kendati mengadopsi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP), asap karhutla tetap menjadi krisis regional. Oleh karena itu, Greenpeace mendesak para pemimpin negara di ASEAN untuk mengakui hak atas udara bersih dan sehat sebagai hak asasi manusia yang fundamental.

Kedua, meminta pertanggungjawaban korporasi atas kabut asap lintas batas, deforestasi, dan kerusakan lingkungan serta pemulihan gambut yang rusak.

Baca juga: Titik Karhutla 2025 Terbanyak di Kalbar, Kontributor Terbesar dari Pembukaan Lahan Sawit

Terakhir, memastikan mekanisme pembiayaan pelindungan hutan jangka panjang seperti fasilitas hutan tropis selamanya, memberi jaminan pengakuan dan hak untuk mengelola gambut secara komunal tanpa ancaman kriminalisasi, serta mendukung masyarakat adat dan komunitas lokal.

"ASEAN harus memastikan bahwa hak atas lingkungan yang sehat bukan sekadar harapan, tetapi betul-betul dapat ditegakkan secara hukum agar tidak terus menerus melahirkan trauma berkepanjangan,” jelas Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Belgis Habiba.

KTT ke-47 ASEAN dan KTT terkait lainnya digelar pada 26-28 Oktober 2025. Selain pertemuan antar negara-negara anggota ASEAN, KTT kali ini juga menyelenggarakan pertemuan dengan para Amerika Serikat, China, Jepang, Korea, India, Australia, dan Selandia Baru.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau