JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Madani Berkelanjutan, ada sekitar 218.000 hektar area indikatif terbakar (AIT) selama periode Januari-Agustus 2025.
Sebesar 97 persen atau 212.000 hektar AIT pada Januari-Agustus 2025 terjadi di lokasi baru, dan tidak mengulang di kawasan yang terbakar di tahun 2023 dan 2024.
"Pada Juli 2025 diketahui bahwa AIT melampaui angka pada periode yang sama di 2023 dan 2024, meskipun ada sedikit penurunan pada Agustus (2025). Secara keseluruhan, karakteristik karhutla (pada) 2025 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan (di tahun) 2023 dan 2024," ujar Geographic Information System (GIS) Specialist dari Madani Berkelanjutan, Fadli Ahmad Naufal, Senin (15/9/2025).
Baca juga: PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Dari data tersebut juga ditehaui terdapat sejumlah provinsi dengan AIT yang cenderung konsisten naik hingga Agustus 2025, yaitu, Kalimantan Barat (Kalbar), Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), serta Bangka Belitung.
Dari total AIT di Indonesia pada Januari-Agustus 2025, sebesar 38 persen atau 80.050 hektar AIT terjadi di Kalbar. Selain itu, dari total AIT di Indonesia pada Januari-Agustus 2025, sebesar 42 persen atau 89.330 hektar AIT berada di lahan konsensi dan berizin.
Rinciannya, sebanyak 36.021 berada di HGU sawit; 19.065 hektar migas, 15.537 hektar perizinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH); serta 3.501 hektar di minerba.
"Hasilnya, izin sawit menjadi kontributor terbesar karhutla pada periode Januari-Agustus 2025," tutur Fadli.
Menurut Fadli, terdapat kecenderungan alih fungsi lahan pasca wilayah-wilayah tersebut terbakar.
Baca juga: Karhutla di Sumatera Picu Kematian Gajah akibat Terbakarnya Habitat
"Ada juga yang menjadi lahan terbuka, itu kalau angkanya kami harus riset khusus. Yang jelas ada indikasi setelah lahan itu terbakar, menjadi tutupan perkebunan dan tutupan lainnya. Luasnya berapa, itu memang harus kami hitung secara detail," ucapnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya