JAKARTA, KOMPAS.com - Secara esensi, pupuk organik dan pupuk anorganik atau kimia disebut sebagai dua hal yang saling melengkapi.
Direktur Operasi PT Pupuk Indonesia (Persero), Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, kedua jenis tersebut tidak perlu diposisikan secara dikotomi yang terus dipertentangkan.
Baca juga: Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida
Tanaman membutuhkan 'makanan' yang diperoleh dari alam, seperti karbon, hidrogen, dan oksigen. Namun, 'makanan' utama tanaman adalah nitrogen, fosfat, dan kalium (NPK) yang disediakan pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Tanpa pupuk, tanaman tidak akan tumbuh dengan baik dan hasil produksinya akan jauh lebih rendah.
Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, dengan membuatnya menjadi lebih gembur. Pupuk organik bisa meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang. Kini, pupuk organik sudah bersubsidi berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 6 Tahun 2025.
Namun, pupuk organik tidak berdampak langsung terhadap produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk anorganik mengisi kekurangan tersebut.
Di sisi lain, penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus juga akan menurunkan kesuburan tanah. Imbasnya, dosis pemberian pupuk anorganik akan semakin meningkat.
"Pupuk organik untuk tanah, pupuk anorganik untuk makanan tanaman. Ini yang harus kita ambil esensinya. Ini saling melengkapi, bukan dua jenis pupuk yang dipertentangkan, mana yang lebih baik. Menggunakan pupuk organik saja tanpa anorganik, (hasil produksi) tanaman tersebut akan kurang," ujar Satriyo di Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Sektor pertanian di Indonesia perlu memanfaatkan teknologi dan data dalam mengelola lahannya (pertanian presisi) agar bisa beradaptasi dengan krisis iklim. Termasuk, untuk meningkatkan ketepatan dalam pemberian pupuk ke tanaman.
"Jangan berlebih atau tidak kurang. Nah, ini perlu big data untuk tanah dan komoditi," tutur Satriyo.
Kata dia, Pupuk Indonesia mempunyai data kesuburan tanah per kecamatan di Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
Data tersebut mencakup informasi tentang kandungan nitrogen, fosfat, kalium, sampai tingkat keasaman. Dengan data yang detail hingga tingkat kecamatan, rekomendasi komposisi pupuk untuk setiap jenis tanah bisa lebih optimal.
Pendekatan tersebut untuk menghindari penggunaan pupuk secara berlebihan, yang dapat merugikan tanah dan mengurangi efisiensi.
Baca juga: Intip Upaya Pupuk Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060
"Jadi, kami tidak bisa langsung menggunakan asumsi lama ya, semakin banyak pupuk, semakin subur, enggak. Itu ada titik optimalnya, semakin banyak juga akan mencemari tanah juga tidak, akan boros juga Akan ada, akan menjadi faktor yang tidak, yang justru kontraproduktif terhadap pertumbuhan tanaman," ucapnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya