Sekretaris Eksekutif PPLH IPB University, Liyantono mengatakan, risetnya dilakukan dengan membagi sungai-sungai di DKI Jakarta menjadi enam klaster untuk memudahkan menentukan prioritas pengelolaan.
Pembagian ini dilakukan berdasarkan karakteristik dan level pencemaran dari ruas sungai.
Karakteristik sungai dicirikan dari lebar, kedalaman, kelokan, dan kecepatan arus dari ruas sungai yang diamati. Peneliti kemudian mengaitkannya dengan nilai indeks pencemaran dari ruas sungai yang diukur pada titik tertentu.
“Sebagai contoh, korelasi yang ditemukan di ruas Kali Cideng dominan ditemukan cemar berat. Hal ini sesuai dengan kondisi air yang memiliki aliran lambat dan input air hanya mengandalkan dari saluran grey water dari warga,” kata Liyantono.
Temuan lainnya, perilaku masyarakat terhadap pengelolaan limbah domestik dan sanitasi relatif sama. Dia berpandangan, pencemaran air disebabkan perilaku serta kesadaran masyarakat.
Di samping itu, keberadaan septic tank yang tidak memenuhi standar membuat terjadinya potensi rembesan limbah menuju resapan air tanah. Alhasil, ditemukan bakteri koli tinja dalam air tanah warga.
“Seharusnya keberadaan bakteri koli ini tidak boleh ada sama sekali dalam air tanah sesuai aturan dari Permenkes Nomor 2 Tahun 2023. Hal yang unik, berdasarkan temuan dari tim, saluran grey water terkadang bercampur dengan saluran buang air kecil," tutur Liyantono.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya