Penulis
KOMPAS.com - Penumpang pesawat bisa menghirup ultrafine particle pollution (polusi partikel ultrahalus) dalam jumlah cukup tinggi, khususnya saat pesawat berada di darat. Hal ini menurut riset tim peneliti dari Université Paris Cité, Perancis.
Riset ini mengukur langsung udara yang dihirup penumpang pesawat komersial pada penerbangan dari Bandara Charles de Gaulle, Paris, menuju berbagai destinasi di Eropa.
Baca juga:
Ultrafine particles atau partikel ultrahalus (UFPs) adalah partikel padat di udara yang berdiameter kurang dari 0,1 mikron, yang terkadang disebut PM0,1. Beberapa partikel ultrahalus berukuran sekecil 0,003 mikron, dilansir dari IQAir, Senin (15/12/2025).
Partikel ultrahalus termasuk polutan partikel paling berbahaya karena ukurannya sangat kecil, yang memungkinkan partikel tersebut terhirup ke paru-paru dan masuk ke aliran darah melalui paru-paru.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dewan Kesehatan Belanda, partikel ultrahalus berbahaya bagi kesehatan. Bukti ilmiah terus bertambah sejak beberapa tahun terakhir.
Dampaknya mencakup peradangan paru-paru, gangguan tekanan darah, penyakit jantung, dan risiko pada perkembangan janin.
Baca juga:
Studi terbaru menemukan penumpang pesawat berisiko terpapar polusi partikel ultrahalus berbahaya saat boarding dan taxiing di bandara.Dalam riset ini, para peneliti Perancis ini membawa seperangkat alat pengukur kualitas udara ke kabin pesawat. Alat tersebut diletakkan di kursi kosong di barisan depan atau di area dapur kabin. Pengukuran dilakukan selama penerbangan bersama penumpang biasa.
Hasilnya bervariasi. Saat pesawat berada di cruise altitude (ketinggian jelajah), kualitas udara di kabin relatif bersih. Konsentrasi partikel ultrahalus sangat rendah.
Namun, kondisi berubah drastis ketika pesawat masih berada di bandara, dikutip dari The Guardian.
Konsentrasi partikel ultrahalus paling tinggi terjadi saat penumpang naik pesawat (boarding) dan saat pesawat bergerak di landasan (taxiing). Rata-rata kadarnya lebih dari dua kali lipat ambang batas yang oleh WHO dikategorikan sebagai tinggi.
Udara tercemar ini perlahan keluar dari kabin setelah pesawat mengudara. Namun, tingkat polusi kembali meningkat saat pesawat mendekati bandara tujuan. Hal ini diduga akibat udara kotor di sekitar jalur penerbangan dan area bandara.
Aula kedatangan Bandara Charles de Gaulle di Paris, Perancis. Studi terbaru menemukan penumpang pesawat berisiko terpapar polusi partikel ultrahalus berbahaya saat boarding dan taxiing di bandara.Masalah ini menjadi semakin serius karena jumlah penumpang pesawat global diperkirakan melampaui lima miliar orang pada tahun 2025.
Tidak hanya itu, pesawat terbang masih tergolong sumber polusi besar. Pengendaliannya lebih longgar dibanding kendaraan jalan raya atau industri.
Paparan polusi partikel ultrahalus tidak hanya dialami penumpang pesawat. Lebih dari dua juta pekerja sipil dan militer di bandara seluruh dunia berisiko menghirup polusi serupa setiap hari.
Namun, tinjauan ilmiah terpisah menemukan masih minim penelitian tentang dampak kesehatan pada kelompok ini.
Baca juga:
Partikel ultrahalus dari bandara juga tidak berhenti di area penerbangan. Penelitian menunjukkan, polusi dari Bandara Charles de Gaulle bisa terdeteksi hingga lebih dari lima kilometer.
Konsentrasi pada jarak satu kilometer dari bandara setara dengan udara di dekat jalan lingkar Paris yang padat.
Di London, partikel ultrahalus dari Bandara Heathrow terdeteksi hingga wilayah barat dan pusat kota. Artinya, jutaan warga ikut menghirup polusi dari aktivitas penerbangan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya