KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathanah mengatakan, ada tiga yang siklon saat ini bergerak melintasi Indonesia dan bisa memengaruhi kondisi cuaca. Siklon tropis bakung terpantau berkembang di barat daya Lampung dengan peningkatan level dari kategori satu menjadi kategori dua.
BMKG lantas berkoordinasi dengan Australia, Jepang, dan India untuk menentukan prediksi dari siklon tropis bakung yang mendekati Indonesia.
"Bahkan sempat tercatat pada 14 Desember masuk ke kategori tiga, dengan kecepatan angin mencapai 65 knot. Ini sangat berbahaya, tetapi kemudian turun lagi ke kategori dua dan sekarang harapannya sudah mendekat ke kategori satu," jelas Faisal dalam Sidang Kabinet Paripurna yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Kabinet, Senin (15/12/2025).
Baca juga:
Tiga siklon tropis bergerak menuju wilayah Indonesia, dan diprediksi bakal memicu curah hujan tinggi hingga sangat tinggi. Siklon tropis senyar, lanjut dia, menyebabkan cuaca ekstrem dan curah hujan sangat tinggi. Alhasil, kombinasi cuaca dan kerusakan ekologis memicu banjir Sumatera pada akhir November 2025 lalu.
"Ini kalau (kategori) siklon yang tertinggi, yang paling berbahaya adalah kategori lima, siklon senyar sendiri hanya kategori satu. Tetapi karena banyaknya awan di sana dan dia terperangkap antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia, dia berada di sana selama dua sampai hari," jelas Faisal.
Sementara itu, di bagian selatan Bali, Nusa Tenggara, serta Jawa Timur, terpantau bibit siklon 93S yang dapat mengakibatkan hujan di wilayah tersebut.
Faisal mengatakan, pada Senin (15/12/2025) siang juga tercatat bibit siklon 95S yang meningkatkan curah hujan tinggi ke sangat tinggi. Selain itu, berpengaruh terjadap gelombang tinggi di perairan sekitar.
Ia turut menyinggung dinamika iklim Samudra Pasifik dengan kondisi permukaan air laut yang dingin.
Baca juga:
"Kemudian di Samudera Hindia juga dingin, sementara itu suhu di permukaan laut Indonesia itu lebih hangat dari biasanya. Jadi Indonesia menjadi semacam steam engine atau tungku di mana terbentuk awan tinggi dan pertumbuhan siklon-siklon tropis," jelas Faisal.
"Nah ini kondisi kita sekarang karena adanya anomali iklim dunia sehingga kondisi bencana hidrometeorologis di Indonesia cukup tinggi akhir-akhir ini," imbuh dia.
Baca juga: BMKG Perkirakan Hujan Terjadi di Sejumlah Daerah hingga 27 November
Di samping itu, BMKG bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Kantor SAR untuk bersiap menghadapi cuaca ekstrem melalui Operasi Modifikasi Cuaca atau OMC.
Petugas nantinya menyemai NaCl pada awan konvektif agar huan jatuh di tempat lain seperti perairan yang tidak berbahaya.
"Kalau sudah sampai misalnya di atas Jakarta, itu kami tebarkan kapur tohor atau CAO agar dia terpecah dan tidak terjadi hujan. Jadi Operasi Modifikasi Cuaca ini bisa untuk menyebabkan terjadi hujan atau mencegah terjadi hujan," papar dia.
Sejauh ini, ada enam provinsi yang melakukan OMC termasuk Jawa Barat dan Jawa Timur yang berhasil menurunkan 20-50 persen curah hujan. OMC bakal dilanjutkan di Lampung, Jawa tengah, serta Bali.
"Jadi ini sangat membantu untuk mengendalikan atau memitigasi bencana-bencana hidrometeorologi yang mungkin diakibatkan oleh cuaca ekstrim," ucap Faisal.
Baca juga: BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya