KOMPAS.com - Suhu dunia yang lebih hangat akibat perubahan iklim bisa memicu berbagai jenis penyakit yang mengancam kesehatan. Hal ini menurut penelitian baru yang dipimpin oleh National History Museum, London, Inggris.
“Terkadang ada anggapan bahwa perubahan iklim akan memperburuk penyakit yang ditularkan hewan bagi manusia secara umum, tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa hal itu jauh lebih kompleks daripada itu,” kata peneliti utama Arthur Trebski, dilansir dari Phys, Rabu (17/12/2025).
Baca juga:
Diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, penelitian tersebut menunjukkan, bumi yang memanas akan mengubah pola cuaca, mengubah habitat, dan menggeser tempat tinggal banyak hewan yang kemungkinan besar membuat mereka berada lebih dekat dengan manusia.
Hal tersebut dapat meningkatkan peluang penyakit zoonosis untuk menyebar, meski dampak pastinya masih sulit diprediksi. Lantas, bagaimana perubahan iklim memengaruhi risiko penyakit?
Pemanasan global akibat perubahan iklim meningkatkan risiko penyakit zoonosis. Apa dampaknya terhadap kesehatan?Tim peneliti berhasil merangkum data detail mengenai iklim dan penyakit untuk 53 zoonosis, angka tersebut sekitar enam persen dari 816 penyakit zoonosis yang diketahui menyerang manusia.
Untuk penyakit-penyakit yang sudah dipelajari dengan cukup baik, respons mereka terhadap perubahan iklim sangatlah bervariasi.
Namun, secara keseluruhan, penyakit zoonosis disebut peka terhadap iklim. Kenaikan suhu global secara umum meningkatkan risiko wabah penyakit dua kali lipat, terutama untuk infeksi zoonosis yang disebarkan oleh nyamuk.
Harap diingat bahwa pola tersebut tidak berlaku bagi semua. Meski studi menemukan penyakit zoonosis umumnya sensitif terhadap iklim, tapi responsnya berbeda-beda tergantung pada penyakit, inang hewan, dan lingkungan setempat.
Sebagai gambaran, dalam banyak kasus, suhu bumi yang memanas meningkatkan risiko mempercepat perkembangan nyamuk atau meningkatkan populasi hewan pengerat.
Namun, respons terhadap suhu dapat berubah tergantung pada seberapa hangat suhu saat itu serta spesies mana yang terlibat.
Peneliti pun memperingatkan pendekatan penelitian yang tak konsisten di berbagai disiplin ilmu dan wilayah bisa mengaburkan hubungan sebenarnya antara iklim dan penyakit sehingga sulit untuk membandingkan hasil antar-studi atau memberikan panduan yang jelas untuk kesehatan masyarakat.
Baca juga:
Pemanasan global akibat perubahan iklim meningkatkan risiko penyakit zoonosis. Apa dampaknya terhadap kesehatan?Trebski menuturkan, ada kebutuhan mendesak untuk memikirkan kembali bagaimana hubungan iklim-penyakit dipelajari dan dilaporkan.
Penelitian kesehatan masyarakat perlu meninggalkan pola pikir yang seragam karena perubahan iklim merupakan proses menyeluruh yang akan memengaruhi hampir setiap makhluk hidup di planet ini.
Sementara itu, rekan penulis studi ini, Dr. David Redding menuturkan, penelitian tersebut menjadi awal dari upaya untuk mengarahkan masyarakat agar bertindak dengan cara yang lebih terkoordinasi.
"Dengan lebih memahami hubungan ini, kita akan berada di posisi yang lebih baik untuk merancang langkah-langkah pengendalian yang efektif,” ucap Redding.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya