Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun

Kompas.com, 11 Desember 2025, 18:30 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Para ilmuwan memperingatkan beberapa bahan sintetis kimia yang digunakan dalam sistem pangan saat ini dapat mendorong peningkatan angka kanker, kondisi perkembangan saraf, dan infertilitas, sekaligus merusak fondasi pertanian global.

Beban kesehatan akibat paparan bahan kimia sintetis, termasuk di antaranya Beban kesehatan akibat ftalat, bisfenol, pestisida, dan PFAS (bahan kimia abadi) itu pun dapat mencapai hingga 2,2 triliun dolar AS per tahun.

Sebagian besar kerusakan ekosistem belum diperhitungkan, tetapi peneliti menyebut biayanya bisa sebesar 640 miliar dollar AS.

Terdapat pula potensi konsekuensi bagi demografi manusia jika paparan seperti bisfenol dan ftalat terus berlanjut pada tingkat saat ini, dapat terjadi penurunan jumlah kelahiran antara 200 juta hingga 700 juta antara tahun 2025 dan 2100.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan puluhan ilmuwan dari berbagai organisasi termasuk Institute of Preventive Health, Center for Environmental Health, Chemsec, dan berbagai universitas di AS dan Inggris, termasuk University of Sussex dan Duke University.

Laporan dipimpin tim dari Systemiq, sebuah perusahaan yang berinvestasi dalam usaha yang bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan PBB dan perjanjian Paris tentang perubahan iklim.

Baca juga: Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur

Fokus empat bahan kimia

Melansir Guardian, Rabu (10/12/2025) dalam studinya, peneliti fokus menganalisis empat jenis bahan kimia yang lazim dalam produksi pangan lobal karena termasuk yang paling umum dan banyak dipelajari di seluruh dunia serta memiliki bukti kuat tentang bahayanya bagi kesehatan manusia dan ekologi.

Ftalat dan bisfenol umumnya digunakan sebagai aditif plastik, yang digunakan dalam kemasan makanan dan sarung tangan sekali pakai yang digunakan dalam persiapan makanan.

Sementara pestisida digunakan untuk pertanian industri, di mana pertanian monokultur skala besar menyemprotkan ribuan galon pestisida pada tanaman untuk menghilangkan gulma dan serangga.

PFAS digunakan dalam bahan kontak makanan seperti kertas anti minyak, wadah popcorn.

Semuanya telah dikaitkan dengan bahaya termasuk gangguan endokrin (sistem hormon), kanker, cacat lahir, gangguan intelektual, dan obesitas.

Menurut salah satu anggota tim peneliti, Philip Landrigan, seorang dokter anak dan profesor kesehatan masyarakat global di Boston College, laporan ini merupakan sebuah peringatan.

Landrigan melihat adanya perubahan kondisi yang memengaruhi anak-anak. Jumlah penyakit dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular telah menurun drastis.

Baca juga: Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi

Sebaliknya, terjadi peningkatan luar biasa dalam angka penyakit tidak menular. Tentu saja tidak ada faktor tunggal tetapi buktinya sangat jelas bahwa peningkatan paparan bahan kimia buatan merupakan penyebab penyakit pada anak-anak.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau