JAKARTA, KOMPAS.com - Investor relations (IR) berpotensi menjadi profesi yang menjanjikan pada masa depan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHGS), serta peningkatan jumlah emiten dan investor yang mengindikasikan prospek cerah bagi perkembangan pasar modal.
Jumlah emiten di Indonesia mengalami kenaikan dalam satu dekade terakhir, dari 509 pada 2014, menjadi 951 tahun 2024. Jumlah investor di Indonesia juga meningkat, dari sekitar 364.000 pada 2014, menjadi 14,8 juta tahun 2025.
Baca juga:
Namun, potensi profesi IR tidak diiringi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) berbakat di Indonesia.
Menurut VP Investor Relations Pertamina, Juferson Victor Mangempis, perguruan tinggi dan akademisi di Indonesia perlu menyiapkan calon-calon tenaga kerja yang kompeten di bidang IR. Jika tenaga kerja lokal tidak dipersiapkan dengan baik, ia khawatir peluang IR akan dinikmati pihak asing.
"Opportunity (peluang)-nya terbuka ya kan? Jadi industri ataupun para emiten ataupun korporasi membutuhkan hubungan investor berbakat, sudah ada supply-nya dari perguruan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Kalau enggak nanti sayang, akhirnya kue ini, ceruk ini, jadi dinikmati bukan oleh orang Indonesia sendiri, jangan, karena mereka sudah lebih siap," ujar Juferson kepada Kompas.com di Jakarta Pusat, Kamis (18/12/2025).
Investor relations memadukan keuangan dan komunikasi strategis. Profesi ini makin dicari seiring naiknya jumlah emiten dan investor di Indonesia.Profesi IR di Indonesia masih terbilang langka dan seringkali diisi oleh orang-orang yang "terjun" tanpa persiapan matang.
IR belum memiliki jalur pendidikan formal yang jelas, berbeda dengan profesi lainnya, seperti analis keuangan atau arsitek.
Saat ini, latar belakang pendidikan apa pun bisa menjadi bekal untuk berkarir di bidang IR. Kendati demikian, Juferson menyarankan agar seorang yang ingin berkarir sebagai IR memiliki pengetahuan dasar di bidang keuangan dan komunikasi.
“Keduanya bisa dipelajari. Yang lebih penting lagi passion apa enggak orangnya. Kalau dia punya passion di sana, itu akan menjadi, karena dia akan belajar lebih cepat kan sebenarnya," tutur Juferson.
Baca juga:
Manager Investor Relations Communication and Engagement Pertamina, Zainal Abidin saat menjelaskan perbedaan investor relations dengan public relations dalam acara Lounching dan Bedah Buku Road to Trust; Investor Relation House (Strategi Pertamina Membangun Relasi Solid Dengan Investor) di BBJ ART Gallery, Menara Kompas Jakarta, Kamis (18/12/2025).Manager Investor Relations Coomunication dan Engagement Pertamina, Zainal Abidin menelaskan perbedaan tugas IR dan public relations (PR). Koordinasi antara tim IR dan PR perlu dilakukan secara intens, mengingat investor sering kali merujuk pada informasi yang muncul di media massa.
Bedanya, IR dituntut investor memberikan informasi dan analisis yang lebih mendalam, termasuk merinci angka-angka.
Sebagai seorang yang telah lama bergelut di bidang kedua profesi tersebut, Abidin menggarisbawahi perbedaan mencolok dari narasi yang diceritakan PR dan IR. Sebab, audiens yang diurus IR dan PR berbeda.
Di hadapan wartawan, PR dapat berbicara dengan narasi normatif saat menanggapi kasus atau insiden tertentu. Misalnya, dalam kasus pembakaran atau insiden tertentu, PR bisa menyatakan bahwa perusahaannya akan menelusuri penyebab kebakaran, menyampaikan kepedulian terhadap nasib korban, atau retorika lain terkait upaya yang telah dilakukan.
Sementara itu, IR tidak bisa hanya berhanti sampai di situ.
"Karena investor akan meminta angka, apakah kalian akan di-cover asuransi? Berapa nilai polis kalian? Yang ini tidak mungkin diceritakan lewat public channel (kanal publik) teman-teman PR. Itu salah satu yang sangat membedakan," jelas Abidin dalam Launcing & Bedah Buku Road to Trust; Investor Relations House; Strategi Pertamina Membangun Relasi Solid Dengan Investor di Jakarta Pusat.
Diketahui, IR mempunyai fungsi strategis dalam mengintegrasikan disiplin keuangan dan komunikasi untuk membangun pemahaman pasar dan mencapai penilaian yang fair (National Investor Relations Institute/NIRI).
Ekosistem IR bekerja bak sistem dan saraf korporasi, menghubungkan pusat strategi dengan denyut pasar dan menyelaraskan komunikasi di antara berbagai simpul internal dan eksternal.
Baca juga:
Di dalam buku Road to Trust; Investor Relations House, Juferson Victor Mangempis dan penulis lainnya memaparkan pengalaman bagaimana IR menjadi motor penggerak implementasi ESG (Environmental, Social, and Governance) di Pertamina.
Di tengah tren ESG di tingkat global, investor mulai menuntut Pertamina mengimplementasikannya.
Pertamina membentuk organisasi ESG Management Traction pada 2020, dengan VP IR sebagai project leader. Hasilnya, skor ESG Pertamina membaik berdasarkan unsolicited rating oleh Sustainalytics, dari 41,6 (severe risk level), menjadi 28,1 (medium risk level).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya