KOMPAS.com - Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Imansyah Ibnu Hakim menyampaikan konservasi energi termal berperan bagi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
"Konservasi energi dapat berkontribusi mencapai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu energi bersih dan terjangkau serta penanganan perubahan iklim," kata Imansyah dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Teknik Konservasi Energi Termal di UI Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Dalam pidato pengukuhannya, fia menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Mindset of Energy Conservation: Konservasi Energi Termal Menuju Masa Depan Berkelanjutan”, sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Program Ekonomi Biru Disebut Sejalan dengan SDGs
Dia menuturkan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, peningkatan populasi penduduk di Indonesia sebesar 1,05 persen dari tahun sebelumnya dan saat ini mencapai 278,69 juta jiwa.
Meningkatnya populasi penduduk akan diiringi dengan bertambahnya berbagai kebutuhan hidup dan perkembangan teknologi.
Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi selaras dengan kondisi perubahan iklim global telah mendorong peningkatan kebutuhan energi pendingin di dalam gedung.
"Pada wilayah yang mempunyai iklim tropis dengan suhu panas dan kelembaban relatif tinggi, sistem pemanas (heating), ventilasi (ventilating) dan penyejuk udara (air conditioning) atau HVAC diperlukan untuk menjaga kenyamanan ruangan dalam gedung," katanya.
Terlebih, lanjut dia, kontrol kelembaban sangat penting untuk menjaga kondisi nyaman dan sehat bagi para penghuni dalam sebuah gedung.
Baca juga: Wujudkan Desa Tanpa Kemiskinan dan Kelaparan Melalui SDGs
Dengan adanya suhu panas dan kelembaban relatif tinggi, maka konsumsi energi untuk pengkondisian udara dalam gedung yang akan semakin tinggi.
Ia menambahkan, Standar Nasional Amerika untuk kondisi lingkungan termal bagi hunian manusia yakni ASHRAE Standard 55 (2010), direkomendasikan bahwa suhu dan kelembaban dalam ruangan sebuah bangunan harus dipertahankan pada suhu 23 derajat celsius dan kelembaban 50 persen.
"Untuk memenuhi persyaratan ini, ada dua jenis metode pendinginan yang dikenal sebagai sistem pendinginan aktif dan pasif," ujarnya.
Dia merinci sistem pendingin aktif menggunakan ventilasi mekanis dan sistem pengkondisian udara dengan HVAC untuk menghasilkan efek pendinginan.
Sedangkan, sistem pendingin pasif mempertahankan kenyamanan suhu dalam bangunan melalui proses konveksi alami dengan mengurangi perolehan panas bersama konsumsi energi rendah atau tanpa konsumsi energi.
Baca juga: Capai SDGs di Indonesia Perlu Peran dari Berbagai Pihak
Salah satu teknik pendinginan pasif adalah dengan menggunakan pipa panas atau heat pipe atau lebih tepatnya dengan menggunakan close loop pulsating heat pipe (CL PHP).
Heat pipe merupakan teknologi yang sudah cukup lama ada dan telah digunakan dalam berbagai aplikasi yang berhubungan dengan pemindahan panas atau heat transfer.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya