BATAM, KOMPAS.com – Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) Riau melakukan kunjungan kerja ke kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning.
Hal ini dilakukan untuk memastikan terjaganya kelestarian kawasan TWA Muka Kuning.
Kepala Balai Besar Ditjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, diperlukan sinergi antara BP Batam dan Balai Besar KSDA Riau dalam rangka mewujudkan pengelolaan kawasan hutan konservasi TWA Muka Kuning secara terintegrasi.
“Sehingga kualitas hidup masyarakat dan lingkungan hidup Batam terus terjaga,” kata Suhefti ditemui di Kantor BP Batam, Senin (16/10/2023).
Suhefti mengatakan, tantangan dalam pengelolaan TWA Muka Kuning dihadapkan pada berbagai dinamika. Seperti pertumbuhan industri dan populasi penduduk yang meningkat di sekitar kawasan.
Baca juga: Kawasan Hutan untuk Food Estate
“Pertumbuhan industri dan populasi penduduk yang meningkat, berdampak pada banyaknya masyarakat yang mengeklaim lahan di dalam kawasan TWA Muka Kuning,” ungkap Suhefti.
Selain itu, terjadi peningkatan degradasi tutupan hutan atau area terbuka dalam kawasan TWA Muka Kuning yang akan mengakibatkan fungsinya terganggu dan bisa merugikan masyarakat banyak.
Dari hasil catatan KTH Ditjen KSDAE, telah terjadi pembangunan pemukiman. Padahal, di kawasan yang saat ini menjadi pemukiman itu, awalnya merupakan semak belukar dan pertanian lahan kering campuran dengan luasan 7,1 hektar dan areal terbuka dari hutan lahan kering seluas 0,8 hektar.
“Dengan adanya dinamika tersebut, kami mengharapkan adanya Tata Kelola Kawasan yang Optimal dan Keberadaan atau aktivitas masyarakat terkendali,” cetus Suhefti.
Keberadaan izin memberikan manfaat terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dalam kawasan dan data keberadaan atau aktivitas masyarakat tersedia.
Baca juga: HUT ke-10, RER Ajak Mahasiswa Lima Universitas Jaga Kelestarian Hutan
Selain itu, arah penyelesaian keberadaan masyarakat dalam kawasan, sesuai dengan ketertuan yang berlaku dan menguntungkan kedua belah pihak, serta tujuan pengelolaan kawasan tercapai.
Menanggapi hal itu, Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan Binsar Tambunan mengatakan, kolaborasi ini harus ditingkatkan.
Sesuai dengan komitmen BP Batam untuk menyiapkan konservasi alam dalam mendukung pembangunan Batam dan menuju Batam kota baru yang bernuansa ramah lingkungan.
“Atas masukan-masukan yang disampaikan, kami akan langsung tindak lanjuti dengan menurunkan tim ke lokasi kawasan TWA Muka Kuning,” tegas Binsar.
Binsar juga memastikan akan terus memantau lokasi dikseitar kawasan TWA Muka Kuning agar kelestarian lingkungan alamnya tetap terjaga sesuai fungsinya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya