Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Ribu Rumah Sakit di Dunia Terancam Tutup akibat Cuaca Ekstrem

Kompas.com - 04/12/2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Belasan Ribu rumah sakit di seluruh dunia berisiko tinggi tutup total atau sebagian akibat cuaca ekstrem jika bahan bakar fosil tidak dihapuskan pada akhir abad ini.

Prediksi tersebut dipaparkan perusahaan analisis data risiko iklim, XDI, dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Sabtu (2/12/2023).

Laporan tersebut dirilis ketika KTT iklim PBB COP28 di Dubai sedang berlangsung, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Bersatu, Desak Tindakan Iklim

XDI menganalisis sekitar 200.000 rumah sakit di seluruh dunia untuk mengetahui risiko kerusakan akibat bahaya perubahan iklim.

Dari hasil analisis, sekitar 16.000 rumah sakit alias satu dari 12 di antaranya berisiko tinggi mengalami penutupan total atau sebagian akibat cuaca ekstrem.

“Risiko kerusakan rumah sakit akibat peristiwa cuaca ekstrem telah meningkat sebesar 41 persen sejak tahun 1990 akibat emisi gas rumah kaca,” bunyi laporan itu.

“Membatasi pemanasan global hingga 1,8 derajat celsius dengan menghilangkan bahan bakar fosil secara cepat akan mengurangi separuh risiko kerusakan pada infrastruktur rumah sakit dibandingkan dengan skenario emisi tinggi,” lanjutnya.

Rumah sakit-rumah sakit di dekat garis pantai atau di tepi sungai adalah rumah sakit yang paling berisiko, kata laporan itu.

Baca juga: COP28 Sambut Platform Investasi Solusi Iklim, Nilainya Rp 11,6 Triliun

Dan dari 16.000 rumah sakit yang berisiko tinggi, 71 di antaranya di antaranya berada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Asia Tenggara memiliki proporsi rumah sakit berisiko tertinggi yakni 18 persen.

Seruan bertindak

Para ahli mengatakan, rumah sakit-rumah sakit memerlukan data untuk memitigasi dan menyesuaikan layanan kesehatan mereka guna mencegah gangguan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Direktur Sains dan Teknologi XDI Karl Mallon mengatakan, laporan tersebut menjadi data bagi pengurus rumah sakit dan pemerintah untuk beradaptasi dan mempersiapkan fasilitas kesehatan menghadapi kejadian cuaca ekstrem.

“Pemerintah mempunyai kewajiban terhadap masyarakat untuk memastikan penyediaan layanan penting yang berkelanjutan,” katanya.

Baca juga: Aktivis: Food Estate Potret Kegagalan Pemerintah Jaga Komitmen Iklim

“Bagi pemerintah yang tidak mengambil tindakan atas informasi ini, atau bagi komunitas global yang tidak mendukung pemerintah yang membutuhkan, merupakan tindakan yang mengabaikan kesejahteraan warganya,” lanjutnya.

Renzo Guinto, seorang dokter dan pakar kesehatan di Asia Tenggara, mengatakan laporan tersebut merupakan membuka tabir kerawanan di sektor kesehatan akibat perubahan iklim.

“Kita tidak bisa lagi mengabaikan perubahan iklim sebagai ancaman terhadap penyediaan layanan kesehatan dan operasional sistem kesehatan,” jelas Guinto.

“Kita perlu merencanakan dengan lebih baik di mana kita akan membangun rumah sakit masa depan kita dan di mana akan merelokasi rumah sakit yang sudah ada,” tambahnya.

Baca juga: Ikuti COP28, Indonesia Paparkan Kemajuan Aksi Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan PLTS dan PLTB Indonesia Dinilai Stagnan dalam 3 Tahun

Pengembangan PLTS dan PLTB Indonesia Dinilai Stagnan dalam 3 Tahun

LSM/Figur
Kemenparekraf Gelar 'Kick Off' Bootcamp AKI 2024 di Bekasi dan Serang

Kemenparekraf Gelar "Kick Off" Bootcamp AKI 2024 di Bekasi dan Serang

Pemerintah
Pajak Perusahaan Migas dan Batu Bara di Negara Kaya Dapat Tekumpul Rp 11,6 Kuadriliun

Pajak Perusahaan Migas dan Batu Bara di Negara Kaya Dapat Tekumpul Rp 11,6 Kuadriliun

LSM/Figur
Panas Ekstrem Landa Asia Tenggara: 30 Tewas di Thailand, Sekolah Filipina Diliburkan

Panas Ekstrem Landa Asia Tenggara: 30 Tewas di Thailand, Sekolah Filipina Diliburkan

Pemerintah
World Water Forum ke-10 Wujudkan Listrik Murah Lewat PLTA

World Water Forum ke-10 Wujudkan Listrik Murah Lewat PLTA

Pemerintah
SMK di Pemalang Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

SMK di Pemalang Ciptakan Mesin Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM

Pemerintah
Pemadaman Lampu di Jakarta Mampu Kurangi Karbon Dioksida 70 Ton

Pemadaman Lampu di Jakarta Mampu Kurangi Karbon Dioksida 70 Ton

Pemerintah
PP Muhammadiyah Dorong Ekosistem Inklusif untuk Penyandang Disabilitas

PP Muhammadiyah Dorong Ekosistem Inklusif untuk Penyandang Disabilitas

LSM/Figur
Kurangi Tingkat Cacat dan Kematian, Stroke Harus Cepat Ditangani

Kurangi Tingkat Cacat dan Kematian, Stroke Harus Cepat Ditangani

Swasta
Malas Bergerak, Anak Muda Bisa Kena Stroke

Malas Bergerak, Anak Muda Bisa Kena Stroke

Swasta
HUT ke-52, REI Bangun Fasilitas Air Bersih dan Masjid di Golo Mori

HUT ke-52, REI Bangun Fasilitas Air Bersih dan Masjid di Golo Mori

Swasta
Wujud Kepedulian Sosial, BRI Insurance Gelar Aksi Donor Darah

Wujud Kepedulian Sosial, BRI Insurance Gelar Aksi Donor Darah

Swasta
Dorong Pengembangan Penanganan Stroke, Konferensi Neurovascular BLINC Digelar di Bali

Dorong Pengembangan Penanganan Stroke, Konferensi Neurovascular BLINC Digelar di Bali

Swasta
Menteri ESDM Ajak Perusahaan Belanda Investasi Energi Bersih di RI

Menteri ESDM Ajak Perusahaan Belanda Investasi Energi Bersih di RI

Pemerintah
Chief Sustainability Officer APP Group Elim Sritaba Raih Leading Women Award 2024

Chief Sustainability Officer APP Group Elim Sritaba Raih Leading Women Award 2024

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com