KOMPAS.com - International Energy Agency (IEA) akan berupaya memastikan Bank Dunia, bank pembangunan regional, dan lembaga lainnya memprioritaskan penurunan biaya investasi energi terbarukan di negara-negara berkembang.
Langkah itu diambil sebagai tindak lanjut KTT iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), berakhir beberapa waktu lalu.
Dalam COP28, salah satu poin kesepakatannya adalah meningkatkan kapasitas energi terbarukan global hingga tiga kali lipat.
Baca juga: Potensi Energi Terbarukan Provinsi Banten
Namun, kesepakatan tersebut belum menyetujui mekanisme untuk membiayai transisi energi terbarukan di negara-negara berkembang.
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, investasi energi terbarukan di negara-negara berkembang tidak mengalami perubahan sejak 2015.
Padahal, perkembangan energi terbarukan secara global meningkat hampir dua kali lipat.
Peningkatan tersebut rupanya mayoritas berasal dari China dan negara-negara maju, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (22/12/2023).
Baca juga: Potensi Energi Terbarukan Jawa Barat
Birol menyampaikan, dunia harus fokus untuk menemukan mekanisme pengurangan risiko guna memastikan modal mengalir ke negara-negara berkembang.
Dia mencontohkan, saat ini modoal yang diperlukan untuk berinvestasi ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di negara berkembang empat kali lebih mahal dibandingkan di negara maju.
Kondisi tersebut sudah tentu membuat pengembangan energi terbarukan di negara berkembang kurang menarik dan berimplikasi tersendatnya aliran investasi ke sana.
"Adalah tugas kita untuk memastikan bahwa pembiayaan energi ramah lingkungan, mengurangi risiko investasi tersebut," kata Birol.
Baca juga: Potensi Energi Terbarukan di Provinsi Aceh
"Dan menyediakan pendanaan lunak merupakan prioritas utama bagi Bank Dunia, bank pembangunan regional, dan juga sektor keuangan," sambungnya.
Birol menuturkan, padahal dunia saat ini memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan energi terbarukan di dunia.
"Jika Bank Dunia, bank pembangunan regional dan lembaga keuangan memberikan jaminan, mekanisme pengurangan risiko, maka uang akan mengalir dengan sangat cepat karena potensinya sangat besar," tutur Birol.
Baca juga: Energi Terbarukan Naik, Permintaan Batu Bara Dunia Diproyeksikan Turun
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya