Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong agar aliran listrik bisa masuk persawahan untuk modernisasi dan mekanisasi pertanian.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan, modernisasi alat dan mesin pertanian membutuhkan energi yang efektif dan efisien. Sifat tersebut didapatkan dari energi listrik.

Suwandi menambahkan, energi listrik juga lebih murah dan mudah sehingga cocok untuk mekanisasi pertanian.

Baca juga: Lahan Terbatas? Pertanian Cerdas Jadi Solusinya

"Berdasarkan berbagai pengalaman praktek lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budidaya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik dibandingkan bahan bakar minyak dan gas," kata Suwandi dikutip dari siaran pers, Sabtu (13/4/2024).

Dia menuturkan, Kementan mengembangan program Listrik Masuk Sawah (LMS) untuk mendorong hadirnya aliran listrik di persawahan.

Program LMS digunakan untuk menggerakan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen serta pascapanen, lampu perangkap hama, dan lainnya.

Suwandi memaparkan, salah satu lokasi yang menjadi contoh program LMS adalah di Kabupaten Ngawi Jawa Timur.

Baca juga: Emirates Caplok Bustanica, Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia

Di Ngawi, lanjut Suwandi, lebih dari 17.000 unit sumur submersible dikembangkan dengan pendanaan yang berasal dari swadaya petani dan berbagai bantuan.

Air dari sumur-sumur tersebut disedot dengan pompa listrik untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi tiga kali dalam setahun.

Selain di Ngawi, program serupa juga dilakukan di Kabupaten Sragen dengan lebih dari 23.000 sumur submersible.

Program tersebut memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan. sehingga indeks pertanaman bisa ditingkatkan hingga tiga sampai empat kali dalam setahun di ribuan hektare sawah.

Baca juga: Jejak Karbon Urban Farming 6 Kali Lipat Lebih Besar dari Pertanian Konvensional

"Setiap titik sumur submersible bisa melayani dua sampai 30 hektar dengan biaya dari Rp 8 juta hingga Rp 150 juta, tergantung jenis ukuran pipa, pompa, kedalaman sumur, dan lainnya," tutur Suwandi.

Terkait maraknya pembuatan jebakan tikus yang menggunakan aliran listrik, Suwandi mengimbau petani agar LMS tidak digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.

"Dalam hal ini dilarang keras menggunakan kawat listrik untuk jebakan tikus sawah, sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa," tegas Suwandi.

Sementara itu, TAM Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN Astu Unadi mengatakan, penggunaan listrik mesin pompa air jauh lebih hemat dibandingkan bahan bakar lainnya.

Selain itu, penggunaan mesin pompa air bertenaga listrik bisa diatur secara otomatis, sehingga tidak memerlukan operator.

Baca juga: Indonesia-Jepang Kolaborasi Olah Limbah Pertanian Jadi Biofuel dan Biokimia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Copot Segel di Pabrik Cikande, KLH Nyatakan Lokasi 'Clear and Clean'
Copot Segel di Pabrik Cikande, KLH Nyatakan Lokasi "Clear and Clean"
Pemerintah
Pertamina dan Kemenko Pangan Kolaborasi Wujudkan Ketahanan Pangan
Pertamina dan Kemenko Pangan Kolaborasi Wujudkan Ketahanan Pangan
BUMN
Guru Besar IPB: Sawah Kian Tergerus karena Alih Fungsi Lahan
Guru Besar IPB: Sawah Kian Tergerus karena Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Warga Desak KKP Cabut Izin Reklamasi karena Rusak Ekosistem Pulau Pari
Warga Desak KKP Cabut Izin Reklamasi karena Rusak Ekosistem Pulau Pari
Pemerintah
Tiga Remaja Jakarta Ubah 1,2 Ton Sampah Makanan Jadi Pakan Unggas
Tiga Remaja Jakarta Ubah 1,2 Ton Sampah Makanan Jadi Pakan Unggas
LSM/Figur
Pemprov Jakarta Punya 111 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Diklaim Terluas se-Indonesia
Pemprov Jakarta Punya 111 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Diklaim Terluas se-Indonesia
Pemerintah
Pengamat: Pengawasan Hutan Lemah karena Anggaran Pengelolaan Terlalu Kecil
Pengamat: Pengawasan Hutan Lemah karena Anggaran Pengelolaan Terlalu Kecil
LSM/Figur
Bappenas: Alokasi Dana Mitigasi Iklim Baru Rp 305 T, Pemerintah Buka Investasi
Bappenas: Alokasi Dana Mitigasi Iklim Baru Rp 305 T, Pemerintah Buka Investasi
Pemerintah
Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah
Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah
Pemerintah
Industri Makanan Gagal Penuhi Komitmen Dasar Kemasan Berkelanjutan
Industri Makanan Gagal Penuhi Komitmen Dasar Kemasan Berkelanjutan
Swasta
IUCN Akui Bahan Bakar Fosil Ancaman Alam, Dukung Perjanjian Penghentian Global
IUCN Akui Bahan Bakar Fosil Ancaman Alam, Dukung Perjanjian Penghentian Global
LSM/Figur
Kepunahan Massal karena Manusia Setara Era Dinosaurus
Kepunahan Massal karena Manusia Setara Era Dinosaurus
LSM/Figur
Panas Melanda RI, BMKG Catat Suhu Tertinggi Capai 38 Derajat
Panas Melanda RI, BMKG Catat Suhu Tertinggi Capai 38 Derajat
Pemerintah
Eropa Siapkan Bantuan Dana untuk Negara Terdampak Pajak Karbon Perbatasan
Eropa Siapkan Bantuan Dana untuk Negara Terdampak Pajak Karbon Perbatasan
Pemerintah
Antara Karbon dan Kedaulatan: Menakar Arah Transisi Energi Indonesia
Antara Karbon dan Kedaulatan: Menakar Arah Transisi Energi Indonesia
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau