Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/02/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Smart farming atau pertanian cerdas disebut sebagai salah satu solusi dalam mengatasi keterbatasan lahan di Indonesia.

Pertanian cerdas menerapkan berbagai teknologi termutakhir seperti sensor, internet of things (IoT), analisis big data, robotika, dan kecerdasan buatan dalam proses pertanian.

Berbagai teknologi itu disebut mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan pertanian.

Baca juga: Emirates Caplok Bustanica, Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia

Perekaya Ahli Pertama Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Haryo Prastono mengatakan, pertanian cerdas berbasis pada metode agrikultur yang presisi.

"Meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi dalam rangka mengoptimalkan sumber daya lahan, teknologi budidaya, SDM (sumber daya manusia), dan sumber daya produksi yang lain," kata Haryo dikutip dari situs web BRIN, Rabu (28/2/2024).

Dia menambahkan, pertanian cerdas diperlukan karena lahan pertanian terbatas dan kebutuhan produk pertanian semakin meningkat dengan kualitas yang tinggi.

Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Hortikultura BRIN Mathias Prathama menyampaikan, selain keterbatasan lahan, penggunaan air juga menjadi tantangan pertanian saat ini.

Baca juga: Jejak Karbon Urban Farming 6 Kali Lipat Lebih Besar dari Pertanian Konvensional

Indonesia sendiri memiliki banyak lahan kering dan sampai saat ini masih banyak belum termanfaatkan karena ketersedian air yang terbatas.

Penggunaan air di lahan kering yang telah dimanfaatkan sebagai area pertanian saat ini pun masih belum efisien.

Keterbatasan ketersediaan air tanah, lahan subur, dan degradasi kesuburan tanah tersebut terjadi karena dampak perubahan iklim.

"Untuk itu kami menawarkan strategi adaptasi yang berupa penerapan pertanian presisi, yang salah satunya menerapkan fertigasi menggunakan irigasi mikro atau tetes," kata Mathias.

Baca juga: Indonesia-Jepang Kolaborasi Olah Limbah Pertanian Jadi Biofuel dan Biokimia

Fertigasi merupakan aplikasi pemupukan yang dilakukan bersamaan dengan aplikasi irigasi yang memiliki keunggulan sebagai sistem yang sangat efisien hara dan efisien penggunaan air.

Dalam penerapannya, irigasi presisi memanfaatkan data perubahan iklim dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ataupun menggunakan Automatic Weather Station (AWS), khususnya data evaporasi atau evapotraspirasi.

Setelah mendapatkan data evaporasi atau evapotranspirasi, langkah selanjutnya adalah mengadaptasi teknologi-teknologi pertanian maju seperti irigasi otomatis, sensor kelembaban tanah atau udara otomatis, sensor hujan, sensor hara dan sensor yang lainnya.

Langkah terakhir yakni mengimplementasikan data tersebut pada teknologi-teknologi maju, sehingga fertigasi yang presisi bagi tanaman dapat terlaksana dan pertanian presisi dapat terwujud.

Baca juga: Tarik Minat Pemuda, Pertanian Dinilai Perlu Masuk Kurikulum SD-SMA

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau