BOGOR, KOMPAS.com – Petani biasanya menggunakan plastik sebagai penutup permukaan tanah atau biasa disebut mulsa. Namun, cara ini dinilai tidak ramah lingkungan karena menghasilkan limbah plastik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui kegiatan Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) 2024 menawarkan solusi yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan oleh Departemen Fisika dan Pusat Studi Sawit IPB di Desa Sidorejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur pada awal April 2024.
Ketua tim dosen Departemen Fisika dan Pusat Studi Sawit IPB Dr Siti Nikmatin mengatakan, timnya membawa inovasi berupa geotekstil sebagai pengganti mulsa berbahan plastik yang diaplikasikan pada budidaya pepaya dan cabai.
Sebagai informasi, tim dosen IPB beranggotakan Profesor Budi Mulyanto, Rima Adiati, MT, dan Abd Djamil Husin, MSi.
“Bukan hanya ramah lingkungan karena tidak berbahan plastik, inovasi geotekstil yang kami gunakan berbahan limbah sumber alam desa, seperti jerami dan sabut kelapa,” ujar Dr Siti kepada Kompas.com, Rabu (8/5/2024).
Inovasi geotekstil, lanjutnya, dibuat dari serat-serat non-woven dengan teknik milling dan fibrilasi yang dilanjutkan dengan casting pada orientasi acak.
Adapun tujuan pengaplikasian mulsa adalah untuk melindungi tanaman buah dan sayur dari gulma, serta menjaga stabilisasi tanah sehingga produktivitas pertanian meningkat.
Biasanya, kelompok tani menggunakan mulsa berbahan plastik berwarna hitam untuk pertanian.
“Penggunaan mulsa plastik menimbulkan biaya tambahan dan sampah plastik setelah selesai digunakan. Inovasi dalam memafaatkan limbah sabut kelapa dan jerami pada aplikasi geotekstil dapat memberikan solusi permasalahan tersebut,” kata Dr Siti.
Melalui program Dospulkam, transfer teknologi sederhana diberikan melalui pelatihan dan demonstrasi dalam sortasi limbah jerami, sekam, dan sabut kelapa.
Kemudian, pembuatan geotekstil dan uji coba pengaplikasian mulsa ramah lingkungan.
Kegiatan pelatihan tersebut dihadiri oleh 20 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Karya Tani di Desa Sidorejo.
Salah satu tim dosen Abd Djamil mengatakan, penggunaan geotekstil sebagai pengganti mulsa terbukti efektif setelah 1 bulan pengamatan. Tanaman tumbuh subur, tidak diganggu oleh gulma, dan kelembaban tanah lebih stabil.
“Pengamatan akan terus dilakukan hingga masa panen dan akan dibandingkan antara hasil panen pada kebun yang menggunakan mulsa plastik dan geotekstil,” jelas Djamil.
Program Dospulkam, lanjutnya, membawa teknologi tepat guna yang dapat mengubah limbah pertanian menjadi lebih bernilai.
Program ini disambut baik oleh Kelompok Tani Desa Sidorejo. Salah satu anggota kelompok tani Agus, menyampaikan ungkapan rasa terima kasihnya kepada tim dosen IPB.
“Kami berterima kasih kepada IPB, terutama tim Dospulkam atas ilmu material terapan yang dapat membawa manfaat bagi pertanian buah dan sayur berkelanjutan berbasis biomassa, seperti di desa kami,” ujar Agus.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya