Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Cat Ini Sulap Tampilan Kapal Wisata di Serang Lebih Berwarna

Kompas.com - 10/05/2024, 10:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Khasanah bahari Nusantara begitu lekat dengan Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki wilayah perairan seluas 5,9 juta km persegi dan panjang garis pantai pulau-pulau di Indonesia yang mencapai lebih dari 81.290 km.

Dengan didominasi wilayah perairan, hasil bahari pun menjadi salah satu sumber kehidupan Masyarakat Indonesia sejak dulu.

Salah satu daerah yang dikenal sebagai pintu masuk lalu lintas perdagangan laut Nusantara sejak berabad silam yaitu Pelabuhan Karangantu di Serang, Banten.

Baca juga: Waskita Beton Jalankan Tiga Program CSR di IKN

Daerah ini dulunya termasyhur sebagai pusat perdagangan bertemunya para pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Belanda serta merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Pelabuhan Sunda Kelapa di Jayakarta.

Kini, wajah Karangantu telah menjelma menjadi dermaga wisata bahari. Sebagai objek wisata, Karangantu tak hanya menawarkan wisata bahari namun juga wisata mangrove, budaya dan sejarah.

Ketua Paguyuban Kapal Wisata Karangantu Pantai Gope Andi Syamsu Alam mengatakan sebelumnya Karangantu memang memiliki peran sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian kebutuhan ikan di wilayah Provinsi Banten.

Namun saat ini, banyak wisatawan yang menjadikan Karangantu sebagai destinasi wisata, seperti berkeliling dengan kapal di area mangrove dan melihat bangungan cagar budaya bersejarah.


“Selain itu terdapat aneka kuliner masakan laut dimana pengunjung juga bisa membeli langsung bahan masakan laut di pelelangan ikan di sini. Ini lah yang sangat membantu perekonomian masyarakat Karangantu dan sekitarnya,” ujar Andi.

Penduduk setempat pun semakin berbenah diri, tak hanya menggantungkan mata pencaharian sebagai nelayan, namun juga mempercantik kawasan ini menjadi sebuah destinasi wisata.

Guna mendukung keberlangsungan wilayah Karangantu ini, Nippon Paint Indonesia melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Warnai Kehidupan #ColouringLives mendonasikan 262,4 liter cat dan aksesoris pengecatan untuk 15 kapal di Karangantu.

Baca juga: Kawasan Kumuh di Majene Ditata, Jadi Destinasi Wisata Baru

Regional Sales Manager Nippon Paint Indonesia Topan Wijaksono mengatakan, untuk terus mendukung keberlangsungan dan memaksimalkan potensi Karangantu sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan, Nippon tergerak untuk berkontribusi dalam memajukan wilayah ini.

“Melalui program kami yaitu Warnai Kehidupan, #ColouringLives sehingga menjadi semakin menarik minat wisatawan untuk datang ke Karangantu,” jelas Topan.

Topan menuturkan dalam program Warnai Kehidupan, #ColouringLives Nippon Paint tak hanya mendonasikan cat untuk pengecatan kapal, namun juga pintu masuk wisata yang ada di Karangantu agar menjadi lebih hidup dan berwarna.

Adapun cat yang didonasikan adalah Bee Brand 1000 yaitu cat enamel premium berbahan dasar resin alkyd dengan keistimewaan tampilan akhirnya yang mengkilap, cepat kering, tahan lama, dan memiliki proteksi yang baik terhadap karat sehingga badan kapal dapat maksimal terlindungi dari korosi air laut dengan tampilan warna yang lebih hidup.

Baca juga: CSR Radjak Hospital Cengkareng Dorong Peningkatan Kualitas Kesehatan Warga

Selain itu, kapal-kapal juga menggunakan Nippon Copper Paint Anti-Fouling untuk menjaga kapal kayu tetap aman dari teritip.

Langkah nyata Nippon Paint Indonesia dalam Program CSR Warnai Kehidupan #ColouringLives telah dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun dalam hal kontribusinya untuk semakin menggerakan ekonomi masyarakat setempat di berbagai daerah di Indonesia.

Untuk destinasi wisata antara lain; Kampung Pelangi di Semarang, Nepal van Java di Magelang, Kawasan Pecinan Kya-kya di Surabaya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau