KOMPAS.com - Untuk mencapai target iklim dan mengurangi emisi CO2, banyak negara mulai berfokus pada perluasan pemanfaatan energi angin.
Namun ternyata studi yang dilakukan oleh Universitas Hohenheim di Stuttgart, Jerman menemukan ada misinformasi mengenai pemanfaatan energi terbarukan tersebut.
Misinformasi tersebut termasuk klaim palsu atau menyesatkan dari tenaga angin. Misalnya saja, turbin angin berbahaya bagi kesehatan dan tidak efisien secara ekonomi. Hal ini bisa melemahkan penerimaan sosial terhadap penggunaan tenaga angin.
"Sampai saat ini, sedikit yang diketahui tentang sejauh mana orang setuju dengan misinformasi tentang turbin angin," kata Dr. Kevin Winter, peneliti dari Universitas Hohenheim, dikutip dari Techxplore, Kamis (24/10/2024).
Baca juga: Energi Terbarukan Ciptakan 16,2 Juta Lapangan Kerja di Seluruh Dunia
Studi ini melibatkan total lebih dari 6.000 partisipan dalam survei representatif yang dilakukan di Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Hasil studi menunjukkan lebih dari seperempat responden setuju dengan berbagai klaim palsu atau menyesatkan tentang turbin angin.
Misalnya, sekitar 20 persen responden percaya pada pernyataan tentang risiko kesehatan yang diduga dari turbin angin.
Sementara itu sebanyak 40 persen berasumsi bahwa ada pengaturan rahasia dan informasi yang dimanipulasi mengenai perluasan energi angin.
"Kami terkejut bahwa orang yang sama bisa setuju dengan pernyataan palsu yang secara tematis sangat berbeda," ungkap Prof. Dr. Kai Sassenberg, peneliti lain yang terlibat dalam studi ini.
Misalnya, mereka yang percaya bahwa turbin angin memiliki dampak buruk terhadap kesehatan juga cenderung setuju dengan pernyataan bahwa turbin angin tidak efisien secara ekonomi.
Kepercayaan orang terhadap klaim tersebut juga tercermin dalam tingkat dukungan yang lebih rendah terhadap langkah-langkah politik untuk memperluas tenaga angin dan kemauan yang lebih besar untuk memprotes pembangunan turbin angin.
Baca juga: Sederet Manfaat Energi Terbarukan bagi Manusia
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap misinformasi tentang turbin angin terutama bergantung pada pandangan responden.
Pandangan responden mengenai konspirasi terbukti sangat penting. Mereka yang umumnya mencurigai adanya konspirasi di balik peristiwa sosial cenderung setuju dengan misinformasi tersebut.
Di sisi lain, pengetahuan ilmiah yang kuat hampir tidak mengurangi kepercayaan. Tingkat pendidikan responden juga sama sekali tidak berperan.
"Kemungkinan besar akan sulit untuk melawan misinformasi hanya dengan memberikan fakta selama fakta tersebut tidak sesuai dengan pandangan seseorang," tulis peneliti dalam studi mereka.
Menurut peneliti akan lebih menjanjikan jika menggunakan kampanye yang menyoroti manfaat pribadi dari energi angin untuk meyakinkan orang yang bersikap negatif.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya