Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 15 April 2023, 17:04 WIB
Nada Zeitalini Arani,
ADW

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Polusi udara merupakan salah satu masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, termasuk di berbagai kota-kota besar.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (7/4/2022), IQAir menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-17 sebagai negara paling berpolusi di dunia pada 2021. Hal ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat pertama paling berpolusi udara di Asia Tenggara.

Sayangnya, belum semua orang memiliki kesadaran dan kepedulian untuk mengurangi masalah polusi udara. Padahal meski tidak tampak, polusi udara berbahaya bagi kesehatan, terutama sistem pernapasan.

Berikut Kompas.com merangkum tujuh cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi polusi udara.

1. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi

Transportasi darat, seperti kendaraan bermotor merupakan penghasil oksida nitrogen yang merupakan polutan berbahaya bagi paru-paru. Untuk mengatasinya, Anda bisa mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.

Anda bisa beralih menggunakan transportasi umum atau bahkan bersepeda dan berjalan kaki. Dengan begitu volume kendaraan bermotor di jalanan akan berkurang sehingga berdampak pada pengurangan polusi udara oksida nitrogen.

2. Hemat energi

Tak banyak yang tahu, energi yang digunakan oleh lampu dan peralatan elektronik lain berperan menimbulkan polusi udara, seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, serta karbon dioksida.

Oleh sebab itu, Anda perlu melakukan langkah hemat energi dengan mengurangi penggunaan lampu serta elektronik lain, seperti air conditioner (AC) saat tidak diperlukan.

3. Mengurangi terjadinya kebakaran hutan

Kebakaran hutan merupakan bencana alam yang bisa terjadi secara alami. Namun, di Indonesia sendiri sebagian besar kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia.

Baca juga: 5 Penyakit Akibat Polusi Udara yang Pantang Disepelekan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (21/10/2019), mencatat luas lahan hutan terbakar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857.000 hektare (ha) yang teridentifikasi dari Januari hingga September 2019.

Hal tersebut dapat menimbulkan polusi udara dalam cakupan lebih besar sehingga perlu dilakukan pencegahan terhadap aktivitas manusia yang berpotensi membakar hutan.

4. Hindari membakar sampah

Kegiatan membakar sampah serta sisa daun kering masih jamak dilakukan. Padahal, hal ini dapat menjadi salah satu sumber polusi udara. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari membakar sampah serta sisa daun kering.

Untuk sampah organik dan anorganik, buanglah sampah pada tempatnya untuk diteruskan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sementara untuk daun kering, Anda bisa mengolahnya menjadi pupuk atau menimbunnya ke dalam lubang biopori yang bisa dibuat di halaman rumah.

5. Berhenti merokok

Rokok juga merupakan penyebab polusi udara yang paling sering terjadi di lingkungan. Namun, hal ini sering kali diabaikan oleh para perokok. Padahal, zat berbahaya yang timbul dari asap rokok berdampak buruk bagi kesehatan, terutama bagian pernafasan.

Dengan demikian, berhenti merokok atau mengajak orang terdekat Anda untuk berhenti merokok dapat membantu mengurangi pencemaran polusi udara.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau