Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 19 April 2023, 10:03 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden RI Joko Widodo menegaskan, ekonomi Indonesia berada dalam kondisi mantap menjadi titik terang. Tahun 2022 lalu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,31 persen atau tertinggi sejak 2014.

“Hari ini, saya mengajak Jerman menjadi bagian penting dari kemajuan bersama. Kemitraan bisnis antara Jerman dan Indonesia yang telah lama terjalin, bisa menjadi contoh kemitraan Utara-Selatan, kemitraan yang setara, saling menghormati, menguntungkan, dan wajah kemitraan di masa depan,” ujar Presiden saat membuka Indonesia-Germany Business Summit, Senin (17/4/2023).

Ada tiga hal yang menjadi prioritas Indonesia. Pertama, hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah, menjaga keberlanjutan, dan membuka lapangan kerja.

Menurut Presiden, Indonesia siap menjadi mitra pengembangan industri semikonduktor dan produksi baterai kendaraan listrik.

Baca juga: Di Hannover, Indonesia Tegaskan Komitmen Transisi Energi Hijau IKN

“Saya mengharapkan dukungan pebisnis Jerman menjadikan Indonesia bagian dari rantai pasok chip global,” cetusnya.

Kedua, transisi energi. Bagi Indonesia, hal ini merupakan komitmen untuk mewujudkan dunia yang lebih baik. Terlebih, potensi energi baru dan terbarukan (EBT) Indonesia sangat besar, mencapai 434.000 Mega Watt.

Dalam hal ini, Indonesia membutuhkan dukungan pembiayaan inovatif, transfer teknologi tinggi, dan reskilling tenaga kerja. Ketiga, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

“Ini merupakan hub baru yang menghubungkan fasilitas yang telah ada di kota-kota sekitar,” jelas Presiden.

Kanselir Jerman Olaf Scholz yang hadir dalam acara tersebut menambahkan, Jerman adalah mitra bisnis terbesar Indonesia di Eropa dengan lebih dari 250 perusahaan Jerman memiliki cabang di Indonesia. Ia melihat bahwa pertumbuhan Indonesia impresif dan merupakan tempat yang tepat untuk tumbuh.

“Terdapat peluang dalam kemitraan terkait transisi energi. Yang terpenting, bisa dibangun bisnis baru yang mengembangkan cutting-edge technology yang memastikan climate neutrality dan kemakmuran dapat berjalan bersama. Saya mengajak kita semua untuk memanfaatkan peluang yang sudah ada ini,” ujarnya.

Sementara APA Chairman and President & CEO of Siemens AG Dr. Roland Busch menyatakan, Indonesia dan Jerman bisa membangun kemitraan yang berlangsung lama.

Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia menjadi official partner country pada Hannover Messe 2023.

Selain itu, kerja sama antara Jerman dan Indonesia saling menguntungkan dengan dukungan teknologi tinggi dari Jerman, dan Indonesia yang menyediakan akses ke pasar yang besar dan berkembang.

“Indonesia merupakan tempat yang tepat untuk tumbuh,” ujar Busch.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau