Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai AC Bisa Tingkatkan Pemanasan Global, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 09/05/2023, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Ketika matahari sedang bersinar terik dan suhu terasa panas membakar, masuk ke dalam ruangan dan menyalakan pendingin ruangan atau air conditioner (AC) adalah langkah yang jitu.

Apalagi, kebanyakan kantor-kantor saat ini, terutama di Jakarta, sudah dilengkapi dengan AC. Sehingga para pekerja merasa nyaman dan tidak terganggu dengan hawa panas di luar.

Tak hanya di kantor, kini AC juga sudah jamak ditemui di permukiman atau rumah-rumah agar penghuninya merasa nyaman meski beraktivitas di dalam rumah.

Akan tetapi, tahukah Anda bahwa penggunaan AC yang berlebih bisa meningkatkan pemanasan global? Berikut penjelasannya.

Baca juga: Efektifkah Insentif Kendaraan Listrik Mengurangi Pemanasan Global?

Banyak konsumsi listrik

Ilustrasi AC jendela. Shutterstock/Cory Seamer Ilustrasi AC jendela.

AC adalah peralatan elektronik. Sebagaimana peralatan elektronik, AC membutuhkan tenaga listrik.

Semakin banyak AC di suatu daerah dan semakin banyak yang dihidupkan dalam satu waktu, maka konsumsi listriknya pun juga meningkat.

Kalau sumber energi listriknya berasal dari energi terbarukan, konsumsi listrik dari AC tidak akan berpengaruh terhadap emisi gas buang pembangkit.

Beda cerita jika mayoritas pembangkit listriknya berbahan bakar fosil seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

Ini berarti pemakaian AC yang banyak bisa turut menghasilkan emisi GRK yang besar pula dari listrik yang dikonsumsinya yaitu berasal dari PLTU.

Baca juga: Jenis-jenis Gas Rumah Kaca dan Penyumbang Terbesarnya, Penyebab Pemanasan Global

Untuk diketahui, PLTU batu bara di dunia telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021 menurut International Energy Agency (IEA).

Di Indonesia, 37 persen pembangkitnya adalah PLTU batu bara dan 23 persennya adalah pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) menurut Outlook Energi Indonesia 2022 yang dirilis Dewan Energi Nasional (DEN).

AC dan kipas angin berkontribusi terhadap sekitar 10 persen dari konsumsi listrik di seluruh dunia. Ketika cuaca sangat panas, efisiensi AC turun karena harus bekerja lebih keras untuk mendinginkan ruangan.

Selama gelombang panas terjadi, jutaan orang dan menyalakan AC mereka pada waktu yang sama.

Baca juga: Mengenal Emisi Gas Rumah Kaca yang Sumbang Laju Pemanasan Global

Merusak ozon

Ilustrasi ozonShutterstock Ilustrasi ozon

AC menggunakan fluida bernama Chlorofluorocarbon atau yang disingkat menjadi CFC untuk mendinginkan ruangan.

Bila terjadi kebocoran, CFC naik ke stratosfer dapat merusak lapisan ozon. Di lapisan stratosfer yang tinggi, CFC bertemu dengan foton berenergi tinggi dari sinar matahari. 

Dilansir dari Chemistry LibreTexts, klorin dalam CFC menghancurkan begitu banyak ozon karena bertindak sebagai katalis.

Melalui Protokol Montreal pada 1987, CFC sepakat untuk dihapuskan dan akhirnya digantikan oleh hidrofluorokarbon atau HFC.

Akan tetapi, HFC rupanya juga menyumbang emisi GRK dan justru ribuan kali lebih kuat daripada karbon dioksida, sebagaimana dilansir The Washington Post.

Protokol Montreal akhirnya diamandemen dan menetapkan agar HFC diturunkan secara bertahap pada pertengahan 2040-an.

Baca juga: Pemanasan Global: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Butuh teknologi baru

Ilustrasi AC.Shutterstock/Butsaya Ilustrasi AC.

Selama puluh tahun mendatang, permintaan AC di dunia diperkirakan akan meroket. Dilansir dari The Washington Post, saat ini di dunia ada sekitar 2 miliar unit AS.

Menurut IEA, jumlah AC di gedung-gedung di seluruh dunia akan mencapai 5,6 miliar pada 2050.

Dilansir dari The Washington Post, teknologi AC saat ini kurang efisien dan mengonsumsi cukup banyak listrik.

Jika tidak ada perubahan teknologi, konsumsi listrik dari AC saja diprediksi akan berdampat pada meningkatnya tekanan terhadap ketenagalistrikan.

Beruntungnya, teknologi AC terus dimodifikasi agar lebih ramah lingkungan. Contohnya, ada unit AC yang menggunakan zat pendingin seperti R-32 yang memiliki potensi pemanasan global lebih sedikit daripada CFC dan HFC.

Selain itu, dikembankan teknologi AC yang lebih hemat listrik dengan menyesuaikan kerja kompresor saat suhu tertentu.

Baca juga: CEK FAKTA: Penurunan Suhu Bumi Tak Hapus Fakta soal Pemanasan Global

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau