Sementara itu, Aji melihat persoalan pangan bukan sebatas persoalan biologis, tetapi juga persoalan budaya.
Kebiasaan makan, seperti konsumsi nasi atau roti, menunjukkan peristiwa budaya yang sangat dekat dengan keseharian.
Baca juga: Makanan Bisa Memengaruhi Kondisi Otak, Pilih dengan Tepat
Dalam aktivitas konsumsi, terdapat beragam pengalaman makan yang disebut sebagai khasanah rasa yaitu kekayaan rasa yang diekspresikan secara berbeda di berbagai daerah.
“Kebijakan homogenitas pangan di masa lalu mengakibatkan makanan pokok masyarakat Indonesia terpusat pada beras. Khasanah rasa pun terkikis. Oleh karena itu, anak muda saat ini perlu ikut bertanggung jawab dengan mengubah kembali kebiasaan dan pola makan, sehingga khasanah rasa dapat muncul kembali di masyarakat,” kata Aji.
Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Profesor Muhammad Luthfi menyampaikan bahwa pembahasan mengenai kualitas pangan, gizi, ketahanan pangan, serta budaya konsumsi menunjukkan Indonesia perlu serius menangani tujuan ke-12 dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Meski berhasil memenuhi 69,16 persen dari target SDGs, Indonesia masih belum mencapai target sepebuhnya pada bagian ketahanan pangan dan hidup sehat.
“Oleh karena itu, perlu keseriusan dan sinergi dari berbagai pihak untuk bersama-sama menuntaskan masalah ini,” ujar Muhammad Luthfi.
Baca juga: Mengungkap Kepribadian Seseorang Lewat Makanan Favoritnya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya