Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Gajah Sumatera di Bengkulu Terancam Tambang Batu Bara

Kompas.com, 16 Mei 2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com – Lembaga lingkungan Genesis Bengkulu mengatakan, tambang batu bara yang berencana beraktivitas di wilayah Seblat Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, membahayakan populasi gajah sumatera di Bengkulu.

“Hadirnya aktivitas PT Inmas Abadi semakin memperburuk kondisi ekologis kawasan (Kawasan Ekosistem Esensial/KEE) Bentang Alam Seblat,” kata Direktur Genesis Bengkulu Egi Saputra, di Bengkulu, Senin (15/5/2023).

“Aktivitas ini juga akan merusak upaya Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Bentang Alam Seblat dalam menyelamatkan populasi gajah sumatera tersisa,” sambungnya, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Cegah Konflik dengan Manusia, Gajah Sumatera 2,7 Ton Dipasangi GPS Collar

Menurutnya, izin PT Inmas Abadi mayoritas berada di dalam kawasan hutan dan aktivitasnya membutuhkan wilayah yang luas.

Hal tersebut membuat mereka memiliki peluang untuk melakukan penambangan hingga ke dalam kawasan hutan.

Genesis Bengkulu memandang, pemberian izin kepada PT Inmas Abadi bertentangan dengan program Pemerintah Indonesia Folu Net Sink 2030 untuk mengurangi angka deforestasi dan menekan emisi karbon.

“Sedikitnya ada beberapa alasan kuat untuk tidak memberikan izin beraktivitas kepada perusahaan ini,” kata Egi.

Baca juga: Mesir Kontrak Pembelian Jahe Gajah Asal Indonesia Senilai Rp 2,28 Miliar

Dia menjelaskan, berdasarkan nomor SK I-315.DESDM TAHUN 2017, perusahaan memiliki izin seluas 4.051 hektare bertumpang tindih dengan KEE Bentang Alam Seblat yang telah di tetapkan oleh Gubernur Bengkulu melalui SK Nomor S.497. DLHK 2017.

Padahal, KEE Bentang Alam Seblat menjadi habitat terakhir bagi satwa gajah sumatera yang berstatus sebagai satwa sangat terancam punah.

Lebih lanjut, seluas 79 persen konsesi PT Inmas Abadi berada di dalam kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat 735 hektare, Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis 1.915 hektare, dan Hutan Produksi Konversi (HPK) Seblat 540 hektare.

Selain itu, menurut Egi lahan seluas 63,35 hektare konsesi PT Inmas Abadi berada di Sungai Seblat, sebagaimana aktivitas pertambangan yang membutuhkan area yang luas, maka aktivitas penambangan PT Inmas Abadi berpeluang akan dilakukan hingga ke wilayah sungai dan kawasan hutan.

Baca juga: Ancaman Nyata, Hampir Dua Pertiga Habitat Gajah Hilang di Seluruh Asia

Konsesi PT Inmas Abadi masuk ke dalam pemukiman masyarakat Dusun Air Kuro dengan luas sekitar 18 hektare dengan jumlah penduduk 756 jiwa. Hadirnya aktivitas PT Inmas Abadi akan berpeluang terjadinya konflik sosial dan menurunkan kulitas lingkungan.

“Kondisi ini menambah beban masyarakat Dusun Air Kuro yang selama ini sedang memperjuangkan enklave dari kawasan hutan,” ucap Egi.

Aktivitas pertambangan PT Inmas Abadi dapat mencemari Sungai Seblat yang menjadi sumber pengairan 279 hektare area persawahan warga Desa Karyamedan, Karyabaru, Sukanegara, dan Talangarah Kabupaten Bengkulu Utara.

“Pencemaran akibat material tambang dapat mengakibatkan gagal panen hingga rusaknya areal persawahan seperti yang menimpa masyarakat Desa Pondokbakil Kabupaten Bengkulu Utara. Situasi ini akan semakin mengurangi jumlah lumbung padi di Provinsi Bengkulu,” ujarnya.

Baca juga: Mengapa Tahun Kelahiran Nabi Muhammad Disebut Tahun Gajah?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau