Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesantren Abata Rilis "SmartDEAF", Teknologi Assistif untuk Santri Tuna Rungu

Kompas.com - 16/05/2023, 13:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesantren khusus anak-anak berkebutuhan khusus (tuna rungu) Abata meluncurkan teknologi assistif yang membantu para santrinya melakukan aktivitas harian bersama seperti belajar dan berkomunikasi.

Inovasi yang dinamakan "SmartDEAF" ini berbentuk jam tangan yang memiliki fitur-fitur penolong bagi penggunanya ketika menghadapi situasi sulit atau mendesak seperti tersasar hingga terancam keselamatannya.

Direktur Pesantren Abata Indonesia Mukhlisin Nuryanta menuturkan, inovasi merupakan kata kunci dari pendidikan di lingkungan pesantren sehingga ekosistem yang berada di dalamnya terus berkembang dan tidak stagnan.

Pesantren yang didirikan sejak 2017 dan berlokasi di Temanggung ini memiliki tim riset dan pengembangan yang khusus menciptakan temuan baru agar bisa memberikan nilai manfaat, minimal bagi santri-santrinya.

Baca juga: Mengenal Tujuan 4 SDGs: Pendidikan Berkualitas

Ide awal SmartDEAF berasal dari pengalaman Abata ketika ada santri yang kabur dari pesantren, sehingga  merepotkan banyak pihak dalam upaya pencarian.

"Kekhawatiran kami adalah bagaimana jika santri tersebut mengalami pelecehan seksual karena mereka memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, khususnya komunikasi. Dari sinilah lahir ide untuk merancang teknologi assistif atau teknologi pendamping untuk mengatisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini,” ungkap Mukhlisin dalam rilis pers, Senin (15/5/2023).

Dia menjelaskan, terdapat tiga fitur utama yang ada dalam SmartDEAF. Pertama, tersedianya tombol darurat saat santri pergi atau tersesat atau terancam keselamatannya.

Mereka cukup menekan tombol darurat yang ada di layar, maka secara otomatis akan terkirim pesan untuk minta dijemput dan share location pada gawai guru-gurunya.

Fitur kedua adalah GPS tracking. Pengurus pesantren, atau pihak keluarga bisa langsung mengetahui keberadaan mereka dengan melakukan pengecekan.

Baca juga: Tingkatkan Fasilitas Pendidikan di Bantar Gebang, Mandiri Sekuritas Salurkan Donasi Rp 50 Juta

Lalu ada pula fitur pengingat aktivitas harian, sebagaimana alarm yang bergetar pada jam-jam tertentu yang secara visual menampilkan gambar dan aktifitas apa yang harus dilakukan para santri. Misalnya, sholat dhuha.

Produk SmartDEAF ini ke depannya juga akan ditawarkan kepada pihak-pihak lain, termasuk juga masyarakat umum yang membutuhkan alat bantu dalam mendamping anak-anak tuna rungu mereka.

“Ini adalah hasil inovasi Abata, dan kami berharap Abata juga bisa berkontribusi untuk masyarakat melalui teknologi ini," imbuh Mukhlisin.

Pesantren hafidz Qur’an Abata hingga kini memiliki 43 santri putri dan 6 santri putra berkebutuhan khusus. Pesantren yang berdiri sejak 2017 ini memang fokus pada anak-anak tuna rungu yang berasal dari daerah di Indonesia.

Fokus konten pembelajarannya lebih mengarah kepada akhlak, ibadah, penghafalan Al Qur’an (tahfidz), komunikasi lisan dan isyarat, pengembangan bakat dan minat, serta kewirausahaan.

Baru-baru ini Abata menggelar acara Wisuda Tahfidz yang juga menjadi pergelaran lelang karya santri-santri tuna rungu. Karya yang dijual adalah fotografi, lukisan kanvas, kerajinan tangan sulam berbentuk syal, dan lainnya.

Pesantren Abata membuka kesempatan untuk masyarakat Indonesia yang ingin berkontribusi terhadap pengembangan pesantren, mulai dari sarana fisik hingga kebutuhan harian para santri.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau