Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 30 Mei 2023, 20:33 WIB
Hadi Maulana,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Satu bulan pasca penutupan pintu ekspor babi ke Singapura (19/4/2023) lalu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Kabarantan) Bambang meninjau progres upaya penanggulangan virus African Swine Fever (ASF) di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

"Menjadi kewajiban kami untuk melakukan pengawalan agar babi asal Pulau Bulan dapat kembali memenuhi permintaan pasar ekspor," kata Bambang melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Selasa (30/5/2023).

Dia mengingatkan agar penerapan SOP Biosecurity di Pulau Bulan dilakukan dengan sangat ketat, mulai dari prosedur biosecurity para pekerja, alat angkut, sampai kondisi pakan babi juga harus menjadi perhatian.

Bambang juga mempertanyakan progres persiapan implementasi sub kompartemen bebas ASF di Pulau Bulan, yang telah disepakati oleh Singapura.

Baca juga: Mubazir Makanan di Indonesia Tinggi, Butuh Penanganan Menyeluruh

Perwakilan PT Indo Tirta Suaka (ITS) Tjatur Isnandar menyampaikan, saat ini pihaknya sedang berupaya untuk mengembalikan populasi babi di Bulan Farm seoptimal mungkin agar dapat kembali memenuhi permintaan pasar ekspor.

"Populasi yang tersisa saat ini 50.000 ekor dan target kami dalam waktu paling lama satu tahun bisa kembali mencapai 200.000 ekor, karena dahulu permintaan Singapura itu 1.000 ekor per hari," kata Tjatur.

Dia pun meyakinkan Kabarantan, bahwa proses repopulasi dapat dipercepat dengan adanya rencana impor vaksin ASF dari Vietnam.

Untuk itu Tjatur meminta arahan Kabarantan untuk dapat mengizinkan impor vaksin ASF asal Vietnam tersebut untuk dapat dikembangkan secara mandiri di Pulau Bulan.

Menurut informasi PT ITS, saat ini Vietnam sudah melakukan pengembangan vaksin ASF sendiri.

Menanggapi hal tersebut, Kabarantan mengatakan, pada prinsipnya Pemerintah akan mendukung pelaku usaha yang berinisiatif untuk melakukan pengembangan vaksin secara mandiri. Agar dapat bermanfaat tentu tetap harus mengikuti prosedur yang berlaku.

Baca juga: Atasi Stunting, Pemkab Nunukan Kucurkan APBD Bantuan Makanan Bergizi

Kepala Karantina Tj Pinang Aris Hadiyono menginformasikan, per tanggal 8 Mei 2023 pihaknya telah kembali melakukan sertifikasi pengeluaran karkas daging babi asal Pulau Bulan sebanyak 112 kali untuk memenuhi kebutuhan kota Batam.

"Sejak pejabat otoritas veteriner propinsi kepulauan Riau membuka lalulintas produk hewan dari Pulau Bulan untuk wilayah Kota Batam, pejabat karantina Tj Pinang telah melakukan sertifikasi sebanyak 112 kali pengiriman dengan total 38 ton," papar Aris.

"Dengan hadirnya Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Propinsi Kepulauan Riau, Rika Azmi, bersama kita hari ini membawa semangat dan optimisme kebersamaan untuk melakukan percepatan penanganan penyakit ASF di pulau Bulan," tutup Bambang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau