JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di dunia mengalami kekeringan hebat akibat semakin terbatasnya pasokan air dari sumber mata air yang dipicu perubahan iklim.
Setiap tahun, lebih dari setengah populasi global mengalami kelangkaan air. Selain itu, kekurangan air juga memengaruhi daerah berpenduduk padat dengan pasokan terbatas.
Dengan meningkatnya perubahan iklim, populasi, urbanisasi, industrialisasi, ekspansi pertanian, dan pertumbuhan ekonomi, kelangkaan air secara global ini diproyeksikan akan makin memburuk.
Berbagai upaya dilakukan, termasuk desalinasi air laut, dan air payau guna memenuhi kebutuhan dasar yang sangat vital bagi seluruh makhluk Bumi ini.
Baca juga: Australia dan Indonesia Perbarui Perjanjian Kerja Sama Pengelolaan Sumber Daya Air
Apa yang dimaksud dengan desalinasi? Ini adalah proses mengubah air asin menjadi air minum dengan menghilangkan garam dan padatan lainnya dari air laut atau air payau.
Melonjaknya jumlah populasi di tengah keterbatasan sumber daya air, diperkirakan mendorong pasar desalinasi secara global menjadi 32,02 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 476,8 triliun pada tahun 2027.
Dikutip dari Research and Market, angka ini berbasiskan compound annual growth rate (CAGR) selama kurun 2021 hingga 2027 yang tumbuh sebesar 8,8 persen, dengan posisi CAGR per 2019 senilai Rp 287,2 triliun.
Desalinasi merupakan respons yang dianggap baik terhadap risiko eksogen seperti ketergantungan. Desalinasi juga terbukti menjadi teknologi yang andal pada saat kekeringan dan kelangkaan air dialami sebagian wilayah Bumi.
Sementara di beberapa negara, desalinasi merupakan sumber pasokan air yang sangat diperlukan secara teratur.
Baca juga: Edukasi Pelestarian Air Bersih Dinilai Penting Bagi Pelajar
Negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia seperti Arab Saudi, UEA, Israel, Kuwait, Singapura, Oman dan pulau-pulau kecil seperti Maladewa dan lain-lain adalah beberapa negara di mana desalinasi merupakan peluang bisnis yang sangat besar.
Berikut keuntungan dan kerugian membangun pabrik desalinasi air:
Keuntungan:
1. Menyediakan Air Minum yang Dapat Diakses
Pabrik desalinasi air dapat menyediakan air minum di daerah dengan pasokan air minum alami minim atau bahkan nihil.
Beberapa pulau di Karibia mendapatkan hampir semua air minumnya melalui pabrik desalinasi, dan Arab Saudi mendapatkan 70 persen air tawarnya melalui proses tersebut.
Bahkan, di negara-negara yang air tawarnya melimpah, tanaman desalinasi dapat menyediakan air ke daerah yang lebih kering. Amerika Serikat, misalnya, menggunakan 6,5 persen pasokan air desalinasi dunia.
2. Kualitas dan Perlindungan Habitat
Air desalinasi umumnya memenuhi atau melebihi standar kualitas air. Pabrik desalinasi air juga dapat mengurangi tekanan pada pasokan air tawar yang berasal dari area yang perlu dilindungi.
Dengan mengolah air laut daripada menghilangkannya dari sumber yang mungkin juga menjadi habitat spesies yang terancam punah, badan air tawar yang penting ini dapat dilestarikan.
Selain itu, menghilangkan air asin dari lautan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melindungi badan air tersebut.
Kerugian
1. Biaya Tinggi
Membangun dan mengoperasikan pabrik desalinasi air sangat mahal, meski bergantung pada lokasinya.
Sebagai gambaran, untuk pabrik desalinasi standar saja, biaya pembangunan bisa menelan sekitar 300 juta dollar AS hingga 2,9 miliar dollar AS atau setara Rp 4,4 triliun-Rp 43,1 triliun.
Setelah beroperasi, pabrik desalinasi membutuhkan energi dalam jumlah besar. Biaya energi mencakup sepertiga hingga setengah dari total biaya produksi air desalinasi.
Karena energi merupakan bagian yang sangat besar dari total biaya, maka biaya juga sangat dipengaruhi oleh perubahan harga energi.
Diperkirakan kenaikan satu sen dalam biaya satu kilowatt-jam energi meningkatkan biaya satu hektar air desalinasi sebesar 50 dollar AS (Rp 744.000).
2. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan adalah kerugian lain dari instalasi desalinasi air. Garam yang dibuang dari air merupakan masalah utama.
Pelepasan ini, yang dikenal sebagai air garam, dapat mengubah salinitas dan menurunkan jumlah oksigen dalam air di lokasi pembuangan, menekan atau membunuh hewan yang tidak terbiasa dengan kadar garam yang lebih tinggi.
Selain itu, proses desalinasi menggunakan atau menghasilkan berbagai bahan kimia termasuk klorin, karbon dioksida, asam klorida, dan anti-skalen yang dapat berbahaya dalam konsentrasi tinggi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya