Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2023, 11:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Di hadapan Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu dan Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada Chaterine McKenna, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melontarkan kritik terkait pelaksanaan dekarbonisasi.

“Sudah terlalu sering kita berwacana tetapi tidak ada hasil yang nyata dalam upaya mencegah kenaikan suhu Bumi 1,5 derajat Celcius," ujar Luhut, dalam diskusi panel "Ecosperity" yang digelar Temasek Foundation, di Singapura, Selasa (6/6/2023).

Oleh karena itu, Luhut pun mengajak semua pihak untuk melakukan aksi nyata. Dan, aksi nyata dekarbonisasi itu bisa dilakukan di Indonesia.

Hal ini karena Indonesia memiliki begitu banyak proyek yang dikerjakan guna membantu dunia mencapai target Net Zero Emission (NZE).

Baca juga: Transisi Energi Adalah Urusan Keinginan Politik, Bukan Teknis

Luhut menjelaskan, Indonesia sudah membuat peta jalan yang jelas untuk mencapai target NZE tanpa harus mengganggu upaya mengejar tingkat pertumbuhan demi kesejahteraan rakyat.

Peta jalan tersebut diejawantahkan dalam lima langkah, mulai dari transisi energi fosil ke energi terbarukan, pengembangan mobil listrik, hingga penggunaan sumur-sumur minyak yang sudah tidak beroperasi untuk penyimpanan karbon dioksida (CO2).

Dalam kesempatan itu, Luhut juga menjelaskan soal pengembangan baterai untuk kendaraan listrik yang transisinya dimulai dengan pelarangan ekspor nikel dalam bentuk mentah hingga pembangunan industri daur ulang dari baterai-baterai itu ketika sudah habis masa pakainya.

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Bisar Panjaitan tengah berbincang dengan Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu usai diskusi panel Ecosperity yang digelar Temasek Foundation, Seals (6/6/2023).Kemenko Marves Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Bisar Panjaitan tengah berbincang dengan Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu usai diskusi panel Ecosperity yang digelar Temasek Foundation, Seals (6/6/2023).
Namun demikian, implementasi peta jalan tersebut tidak selalu berjalan mulus. Ada banyak tantangan yang dihadapi Indonesia, terutama masalah pendanaan.

“Banyak yang datang untuk menawarkan, tetapi tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah tingkat suku bunga komersial,” jelas Luhut.

Baca juga: Percepatan Transisi Energi di ASEAN Perlu Libatkan Masyarakat Sipil

Sepanjang pendanaan untuk pengembangan proyek hijau masih menjadi kendala, menurut Luhut, upaya untuk menurunkan emisi gas buang akan sulit tercapai.

Salah satu yang harus  dilakukan bersama adalah membuat global blended finance. Sebab, masalah pemanasan global ini merupakan masalah dunia dan tidak bisa dilakukan negara secara sendiri-sendiri.

Ia pun menegaskan lagi tentang tanggung jawab kepada generasi mendatang, seperti Luhut sampaikan saat menyampaikan pidato pada “Welcoming Dinner” di Fullerton Bay Hotel.

“Cucu saya yang sekolah di AS sering mengingatkan saya untuk tidak membuat kebijakan yang akhirnya membebani mereka pada masa mendatang,” ungkap Luhut.

Pandangan serupa juga dikemukakan Menteri Grace Fu dan Menteri Chaterine McKenna bahwa perlu upaya bersama dari masyarakat dunia untuk menangani persoalan pemanasan global.

Baca juga: Di Hannover, Jokowi Proritaskan Hilirisasi, Transisi Energi, dan IKN

Grace Fu melihat global blended finance bisa menjadi solusi untuk membuat berbagai proyek yang kemudian menjadi percontohan.

“Baik pemerintah maupun swasta harus bersama-sama mau mengeluarkan anggaran dan menjadikan sebagai blended finance. Tentu kita secara transparan dan dengan tata kelola yang baik harus membuat proyek-proyek yang benar-benar baik agar bisa menjadi percontohan,” tambah dia.

Namun di samping proyek-proyek besar, Grace Fu mengajak dunia usaha dan juga karyawan untuk membuat inovasi di lingkungan perusahaan masing-masing yang bisa berkontribusi menurunkan emisi gas buang.

Ia mencontohkan inisiatif yang dilakukan Temasek Foundation untuk membuat pembersih udara dengan menggunakan sabut kelapa.

“Saya kita banyak di sekitar kita barang-barang yang bisa dimanfaatkan untuk membuat sesuatu yang bisa menurunkan penggunaan energi maupun emisi gas buang,” tuntas Grace.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com