Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Spesies Burung Indonesia Bertambah Jadi 1.826

Kompas.com - 10/06/2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Keanekaragaman burung di Indonesia pada 2023 bertambah sebanyak 11 spesies. Sehingga, saat ini jumlah mencapai 1.826 spesies burung.

Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia Ria Saryanthi mengatakan, selain terjadi penambahan spesies, juga terjadi pengurangan sebanyak tiga spesies.

"Hal ini juga memengaruhi jumlah burung endemis yang bertambah menjadi 541 spesies," kata Ria Saryanthi sebagaimana dilansir Antara, Jumat (9/6/2023).

Baca juga: 7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

Dia mengatakan, pada 2022 jumlah burung di Indonesia sebanyak 1.818 spesies dan 534 spesies endemis.

Perubahan jumlah tersebut memantapkan posisi Indonesia sebagai negara dengan jumlah spesies burung endemis terbanyak di dunia.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

"Sebanyak tujuh dari 11 spesies catatan baru tahun ini merupakan spesies endemis Indonesia dari hasil pemecahan taksonomi," kata Ria.

Revisi taksonomi burung masih menjadi faktor utama terjadinya penambahan spesies di Indonesia, diikuti dengan adanya deskripsi spesies baru.

Baca juga: Burung Kakatua di Australia Bisa Buka Tong Sampah, Jadi Masalah Warga

Hal ini sekaligus menambah pemahaman masyarakat tentang keanekaragaman spesies burung di Indonesia semakin membaik tiap tahunnya.

Ria menjelaskan deskripsi spesies baru juga turut berkontribusi pada penambahan satu spesies burung yaitu Kacamata Wangi-Wangi (Zosterops paruh besar).

Menurut para peneliti yang mendeskripsikan spesies ini, Kacamata Wangi-Wangi memiliki karakteristik morfologi dan genetik yang sangat berbeda dengan spesies burung kacamata lain.

Sehingga, itu dijadikan dasar utama penetapan spesies burung kacamata di Pulau Wangi-wangi sebagai spesies burung baru.

Lebih jauh, Ria menjelaskan dari 11 spesies yang bertambah pada periode tahun ini, tujuh diantaranya memiliki persebaran yang terbatas di dalam wilayah Indonesia.

Baca juga: Spesialis Pencuri Burung Mahal di Mataram Dibekuk

Ketujuh burung tersebut antara lain Ceret Buru (Locustella Disturbans, endemis Pulau Buru), Ceret Seram (Locustella Musculus, endemis Pulau Seram), Cikrak Sulawesi (Phylloscopus Nesophilus, endemis Pulau Sulawesi), Kacamata Wangi-Wangi (Zosterops paruh besar, endemis Pulau Wangi-wangi), Kacamata Wakatobi (Zosterops Flavissimus, endemis Kepulauan Wakatobi), Burung Madu Wakatobi (Cinnyris Infrenatus, endemis Kepulauan Wakatobi), dan Cabai Flores (Dicaeum Rhodopygiale, endemis Pulau Flores).

Terdapat sebanyak sembilan spesies burung yang bertambah merupakan hasil dari pemecahan taksonomi.

Keseluruhan spesies tersebut terdapat di Wallacea dan dua diantaranya juga tersebar di wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera.

Wallacea merupakan kawasan biogeografis yang meliputi Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku.

Berdasarkan Daftar Merah IUCN, pada tahun ini setidaknya juga ada 10 spesies burung di Indonesia yang status keterancamannya belum dievaluasi, karena dikategorikan sebagai spesies yang relatif baru dideskripskan dan minim informasi.

Baca juga: Apakah Burung Puyuh Bisa Terbang?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
Pemerintah
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
Pemerintah
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Pemerintah
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Pemerintah
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau