KOMPAS.com - El Nino yang menerpa Indonesia akan meningkatkan ancaman kekeringan yang dapat mengancam wilayah sentra produksi padi yang berpotensi mengancam ketahanan pangan
Deputi Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito dalam diskusi terkait El Nino di Jakarta, Selasa (20/6/2023), menuturkan bahwa El Nino sudah terjadi.
"Fenomena El Nino saat ini sudah terjadi, dan akan meningkatkan ancaman kekeringan sangat tinggi di periode Juni-Oktober pada wilayah sentra produksi padi," kata Mego sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: El Nino Bikin Potensi Kebakaran Hutan Berlipatganda
Mego mengatakan, kekurangan air juga dapat mengakibatkan penurunan luas tanam komoditas lainnya seperti jagung dan kedelai.
El Nino sudah terjadi dan akan berlangsung sampai siklusnya selesai, yang rata-ratanya semakin memendek.
Menurutnya, siklus rata-rata El Nino memendek dari semula delapan tahun pada abad ke-19, menjadi empat tahun ketika memasuki abad ke-20, dengan durasi yang semakin panjang.
"Curah hujan dan ketersediaan air irigasi berkurang, berimplikasi pada penurunan produksi sebanyak 3,06 persen setiap kejadian," ujar Mego.
Baca juga: Jaringan Neural Diklaim Bisa Prediksi El Nino hingga 1,5 Tahun ke Depan
Selain itu, dia menyebutkan bahwa El Nino dapat menyebabkan penurunan curah hujan di daerah-daerah tertentu di Indonesia.
Penurunan curah hujan dapat meningkatkan risiko kekeringan serta memengaruhi pasokan air bersih untuk keperluan masyarakat, pertanian, dan industri.
El Nino juga dapat mengganggu pasokan air bersih dan layanan irigasi pertanian serta berpotensi memberikan dampak negatif terhadap energi listrik akibat penurunan volume air waduk.
"Juga berpotensi menyebabkan berkurangnya stok pangan nasional karena gagal panen atau mengalami penurunan produktivitas," tutur Mego.
Baca juga: Dilanda Kekeringan akibat El Nino, 1.200 Warga Cibenda Karawang Butuh Bantuan Air Bersih
Mego menyarankan agar pemerintah menyiapkan benih varietas tanaman yang toleran kekeringan dan umur pendek.
Selain itu pemerintah juga perlu mendorong percepatan tanam pada daerah berpotensi air cukup serta mendorong penanaman palawija serta kacang-kacangan yang berumur pendek antara 70 hinga 80 hari.
"Menambah kapasitas penampungan air yang lebih masif seperti membangun bendungan, waduk, serta memperbaiki infrastruktur dalam jumlah masif agar lebih efisien dan efektif dalam jangka panjang," ucap Mego.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya