Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Energi Terbarukan Asia Tenggara Melimpah, Peluang Investasi Perlu Diperluas

Kompas.com - 22/06/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kelompok Fair Finance Asia melaporkan bahwa sejak Persetujuan Paris ditandatangani pada 2015, ternyata masih ada pembiayaan untuk penambangan batu bara dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang mengalir ke Asia.

Fair Finance Asia adalah jaringan regional dari puluhan organisasi masyarakat sipil Asia. Total pembiayaan penambangan batu bara dan PLTU baru bara mencapai 683 miliar dollar AS, termasuk ke Indonesia, Filipina, dan Vietnam.

Hal tersebut disampaikan oleh Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR) Marlistya Citraningrum dalam webinar bertajuk Unlocking Potential Renewable Energy Finance in Southeast Asia, Rabu (21/6/2023).

Baca juga: Transisi Energi di ASEAN Perlu Dikebut, Ini Strateginya

Padahal di Asia, khususnya Asia Tenggara, memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar.

International Renewable Energy Agency (IRENA) menyebutkan, pada 2050, dua per tiga kebutuhan energi kawasan Asia Tenggara dapat dipenuhi hanya dengan menggunakan energi terbarukan saja.

Di satu sisi, dengan meningkatkan kapasitas energi terbarukan, Asia Tenggara dapat meningkatkan 40 persen dari total energi kawasan pada tahun 2030.

Potensi energi terbarukan yang masif ini perlu dikembangkan sesegera mungkin untuk mengejar target nol emisi atau net zero emission (NZE) pada 2050 sesuai Persetujuan Paris.

Baca juga: Ini Caranya Capai Ketahanan Energi Terbarukan di ASEAN

Akan tetapi, IESR mengamati bahwa pengembangan energi terbarukan di Asia Tenggara saat ini masih terhambat oleh beberapa hal seperti kesenjangan teknologi, pasar energi terbarukan yang belum siap, dan kurangnya investasi bagi transisi energi.

Citra menuturkan, untuk mempercepat transisi energi dan investasi energi terbarukan di Asia Tenggara, perlu upaya-upaya yang lebih terkonsolidasi.

"Misalnya mendorong pasar untuk pembiayaan berkelanjutan regional dengan taksonomi hijau ASEAN, menyediakan fasilitas manajemen risiko pengembangan proyek energi terbarukan, hingga adanya sinergi kebijakan dan peraturan yang memungkinkan tumbuhnya skema-skema pembiayaan inovatif," ungkap Citra dalam siaran pers IESR.

Dia menambahkan, negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN perlu memperkuat ambisinya dalam mengembangkan energi terbarukan dimulai dari pembuatan kebijakan transisi energi yang kuat.

Baca juga: Interkoneksi Jaringan Lintas ASEAN Jadi Solusi Kelemahan Energi Terbarukan

Kebijakan transisi energi yang kuat dapat menciptakan pasar energi bersih yang stabil dan memperluas peluang investasi yang lebih besar.

Selain itu, melalui Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, IESR mendorong pemerintah mengatasi tantangan pembiayaan energi terbarukan di kawasan ASEAN.

Beberapa cara yang bisa dilakukan di antaranya adalah dengan mengoptimalisasi pelaksanaan taksonomi hijau ASEAN dan menciptakan berbagai skema pembiayaan inovatif.

Koordinator Pembiayaan Berkelanjutan IESR Farah Vianda berujar, salah satu poin penting yang perlu disoroti dalam taksonomi ASEAN yang terbaru adalah pensiun dini PLTU batu bara.

Baca juga: Indonesia Punya Kesempatan Pimpin ASEAN Lakukan Transisi Energi

"Hal ini bisa menjadi peluang besar bagi negara-negara ASEAN untuk mulai melakukan transisi didukung dengan momentum JETP (Just Energy Transition Partnership). Namun, perlu dijaga juga untuk kriteria yang masuk pendanaan hijau," terang Farah.

Farah menyampaikan, Indonesia perlu mendorong negara-negara anggota ASEAN agar mulai fokus pada upaya dekarbonisasi sistem energinya, termasuk mengatasi rendahnya investasi di sektor energi terbarukan.

Berdasarkan pemaparan Menteri Keuangan Sri Mulyani investasi energi terbarukan di ASEAN hanya mencapai 8 miliar dollar AS per tahun selama 2016 hingga 2021.

Padahal, kebutuhan investasi untuk energi terbarukan mencapai 27 miliar dollar AS per tahun guna mendukung ambisi untuk mewujudkan bauran energi terbarukan sebesar 20-30 persen pada 2025.

Baca juga: Percepatan Transisi Energi di ASEAN Perlu Libatkan Masyarakat Sipil

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

LSM/Figur
Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

LSM/Figur
Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Pemerintah
Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Swasta
IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau