JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Atap makin populer di seluruh dunia. Sepanjang tahun lalu saja, pertumbuhannya mencapai 49 persen.
Menurut SolarPower Europe, peningkatan panel surya atap senilai 118 miliar gigawatt (GW) sudah cukup untuk memberi daya 36 juta lebih banyak rumah secara global.
Masih mengutip data dari SolarPower Europe, tenaga surya pada umumnya tumbuh sebesar 45 persen mencapai 1,2 triliun terawatt (TW) energi, menempatkan energi terbarukan di jalur untuk menghasilkan 1.612 TW jam (TWh) listrik selama tahun 2023.
Presiden SolarPower Europe Aristotelis Chantavas mengatakan, angka ini setara dengan 57 persen dari total permintaan listrik di Uni Eropa.
Baca juga: PLTS Terapung Jadi Salah Satu Solusi Keterbatasan Lahan
Hal ini karena dunia telah menyadari bahwa krisis bahan bakar fosil adalah krisis yang tidak pernah benar-benar hilang.
“Lebih dari sebelumnya, orang-orang di setiap bagian dunia beralih ke tenaga surya. Dalam satu tahun yang ditentukan oleh krisis energi dan iklim, harapan tenaga surya terus bersinar. Ini adalah tahun kesepuluh berturut-turut tenaga surya memecahkan rekor instalasi per tahunnya," ungkap Chantavas.
Butuh waktu 22 tahun bagi dunia untuk mencapai satu TW armada surya; tetapi laporan tersebut memperkirakan dunia dapat memasang 1 TW tenaga surya setiap tahun pada akhir dekade ini.
Negara dengan PLTS terbesar
Pada tahun 2022, jumlah negara dengan tenaga surya utama, tumbuh dari 12 menjadi 26 negara.
Baca juga: Berapa Lama Masa Pakai PLTS?
Negara dengan tenaga surya utama didefinisikan sebagai negara yang memasang setidaknya 1 GW per tahun. Pada tahun 2025, laporan tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 50 negara akan memasang lebih dari 1 GW tenaga surya per tahun.
Berikut daftar lengkap dari 26 tenaga surya utama:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya