BELITUNG, KOMPAS.com - Tanaman purun yang dulunya gulma di wilayah rawa di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, kini mulai diolah menjadi properti bermanfaat. Namanya sedotan dengan jenama Purunea.
Sedotan ramah lingkungan pengganti bahan plastik ini bahkan telah dikampanyekan di sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Pengelola sedotan purun Belitung, Hartati mengatakan, pembuatan sedotan berawal dari rencana pemanfaatan kembali rumput purun.
Sebelumnya, purun atau lepironia articulata kerap digunakan sebagai tali pengikat, dan kerajinan tikar.
"Kami pikir mencoba membuat sesuatu yang baru untuk manfaatkan purun ini, awal diteliti kira-kira potensinya bisa kita jadikan apa saja, dari itu jadilah riset untuk sedotan," kata Hartati kepada Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Baca juga: Pemkot Banjarbaru Kembangkan Metode Pertanian Ramah Lingkungan
Hartati mengungkapkan, membuat sedotan dari tumbuhan purun danau telah melalui banyak riset. Ini dilakukan agar kualitas produk dengan merk dagang Purunea itu terjaga dan aman untuk digunakan.
"Kami melalui banyak tahapan alur produksi sehingga aman, layak digunakan, dan tentunya melalui hasil uji laboratorium," ujar Hartati.
Saat ini, usaha Purunea telah mempekerjakan sebanyak 15 orang. Produk dikemas dengan tampilan menarik berupa kotak warna hijau.
Ada dua kemasan yang dipasarkan yakni kemasan berisi 25 batang dan 50 batang dengan panjang masing-masing 25 sentimeter.
Usaha Purunea yang bermula 2019 sempat terpuruk karena pandemi Covid-19. Pandemi membuat kunjungan wisata merosot, begitu juga dengan aktivitas restoran yang terhenti, berimbas pada permintaan sedotan purun.
Produksi sedotan purun yang semula mencapai 13.000 batang, anjlok menjadi 6.000 batang per hari. Setelah pandemi berakhir, produksi purun berangsur normal hingga mencapai angka 10.000 batang per hari.
Baca juga: Olimpiade Paris 2024 Dijanjikan Paling Ramah Lingkungan, Ini Alasannya
Pemasaran tidak hanya pada wisatawan dan pelaku usaha, tapi juga ditawarkan dari rumah ke rumah.
"Pemasaran kita melalui medsos, e commerce mengikuti pameran dan bazar, promosi ke restoran dan hotel, serta dukungan dari Pemerintahan Daerah ikut berperan serta memperkenalkan produk sedotan ini baik di dalam daerah maupun keluar daerah bahkan sampai ke luar negeri," papar Tati.
Tati bersyukur sejumlah lembaga mendukung kampanye untuk menggunakan sedotan purun sebagai souvenir pada setiap acara.
Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie mengatakan, sedotan purun sebagai produk berkonsep ekowisata yang telah disosialisasikan pada masyarakat internasional melalui PBB.
Sedotan ini diharapkan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang bersumber dari limbah plastik.
Baca juga: Seperti Apa Rumah Ramah Lingkungan?
"Sedotan purun adalah kreativitas dari UMKM Belitung yang memanfaatkan tanaman liat di bekas tambang timah atau kolong," ujar Isyak.
Pemerintah daerah kata Isyak terus memberikan dukungan, seperti dengan adanya surat edaran bagi lembaga atau usaha restoran dan rumah makan untuk menggunakan sedotan purun.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya