KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mengembangkan metode pertanian inovatif ramah lingkungan.
Metode tersebut diklaim mampu meningkatkan produktivitas pertanian di kota setempat, sebagaimana dilansir Antara, Senin (3/6/2023).
Wakil Wali Kota Banjarbaru Wartono di Banjarbaru, Senin, mengatakan bahwa salah satu metode yang digunakan yakni mulsa tanpa olah tanah yang mampu meningkatkan produksi tanaman padi.
Baca juga: Martabe Dukung Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Pertanian
"Kami sudah melihat metode mulsa tanpa olah tanah yang diterapkan oleh petani di Handil Babussalam Bangkal, Kecamatan Cempaka, pada Selasa (27/6/2023), sekaligus panen raya atas hasilnya," ujar Wartono.
Wartono menegaskan, Pemkot Banjarbaru berkomitmen mendukung dan memfasilitasi metode pertanian inovatif yang mampu mendongkrak peningkatan produktivitas pertanian, khususnya tanaman padi.
Menurutnya, metode pertanian yang ramah lingkungan dan efisien seperti mulsa tanpa olah tanah dapat menjadi solusi meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan.
"Harapan kami peningkatan produksi tanaman padi dengan metode mulsa menjadi contoh inspiratif bagi petani lain karena tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan," ungkapnya.
Baca juga: Bayer Indonesia Bidik Tiga Sasaran Pertanian Indonesia Berkelanjutan
Wartono berujar, beberapa pihak mengapresiasi inisiatif penyuluh pertanian bersama petani di Handil Babussalam yang telah menerapkan metode ramah lingkungan dan efisien itu dengan memanfaatkan bahan organik.
Metode mulsa tanpa olah tanah merupakan teknik pertanian dengan mengandalkan penggunaan lapisan penutup organik pada tanah seperti jerami, daun, atau rumput kering yang ada di sekitarnya.
Lapisan itu melindungi tanah dari erosi, mempertahankan kelembaban, meningkatkan kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma, sehingga meminimalisasi atau menekan penggunaan alat berat.
Baca juga: Wapres Kunjungi Pusat Pertanian Hidroponik Modern Terbesar di Indonesia
Keberhasilan meminimalisasi atau menekan penggunaan alat berat untuk mengolah tanah berdampak pada pengurangan biaya dan tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga bisa meringankan beban petani.
Sementara itu, penerapan metode di Handil Babussalam menunjukkan hasil menggembirakan karena petani berhasil meningkatkan produktivitas pertanian hingga 30 persen jika dibandingkan metode konvensional.
Hasilnya disebut mencapai 5 ton per hektare dalam masa tanam 157 hari. Penggunaan metode tersebut juga membantu mengurangi erosi tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma, sehingga padi tumbuh lebih sehat dan optimal.
Baca juga: Petrokimia Gresik Tebar 100 Drone, Siapkan Pertanian Berkelanjutan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya