JAKARTA, KOMPAS.com - Selama empat hari, mulai tanggal 10 hingga 14 Juli 2023, MARS menggelar kegiatan restorasi tunggal terumbu karang terbesar di dunia, "The Big Build," dengan mengumpulkan mitra konservasi, mitra peneliti, baik dari unsur pemerintah, akademisi, LSM, dan sektor bisnis lainnya.
Inisiatif kemitraan berskala besar ini menanggapi krisis laut yang mendesak di dunia dan diperkirakan menghapuskan 90 persen terumbu karang pada tahun 2040-an.
Hal ini juga memiliki potensi dampak yang sangat merugikan bagi lebih dari 500 juta orang yang bergantung pada terumbu karang sebagai mata pencarian mereka.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: Perlindungan Lautan Masih Hadapi Tantangan Berat
"The Big Build" dirancang untuk menegaskan pentingnya kemitraan lintas sektor guna memberikan restorasi secara besar-besaran dengan menanam 30.000 fragmen terumbu karang, menggunakan 2.000 reef stars dengan luasan sekitar 2.500 meter persegi.
Giat ini dilaksanakan di Kepulauan Spermonde, tepatnya di Salisi’ Besar, perairan Pulau Bontosua, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia.
MARS yang telah bekerja sama dengan para mitra dalam satu dekade terakhir ingin memberikan pelatihan lanjutan kepada peserta untuk membantu meningkatkan kapasitas global dalam melaksanakan praktik dan program restorasi skala besar yang berguna untuk mempercepat laju perubahan yang mungkin terjadi.
Pemilik MARS Frank Mars mengatakan, mendorong investasi dan membangun koalisi untuk memulihkan terumbu karang adalah hal yang sangat penting.
Untuk itu, dibutuhkan pendekatan terpadu guna menghentikan gelombang ancaman terhadap lautan. Melalui kerja sama "The Big Build", ini MARS yakin dapat mempercepat laju restorasi secara global.
Baca juga: Darat dan Lautan Catatkan Rekor Terhangat, Upaya Perlawanan Pemanasan Global Dipertanyakan
Pendekatan terhadap restorasi terumbu karang sejalan dengan keyakinan perusahaan dalam bekerja dengan komunitas di sekitar lokasi MARS beroperasi, untuk mengembangkan strategi inovatif dan memastikan pertanian dan mata pencaharian lokal yang berkelanjutan.
Sejak 2011, MARS terus mengembangkan dan menyempurnakan metode restorasi ekosistem terumbu karang yang murah dan dapat direplikasi melalui MARS Assisted Reef Restoration System (MARRS).
"Metode ini didasarkan pada pemasangan jaring reef stars yang berkelanjutan, struktur baja berlapis pasir berbentuk heksagonal dengan fragmen terumbu karang yang menempel menutupi bagian puing-puing karang yang tandus, dan celah di antara karang hidup yang tersisa di terumbu," urai Frank.
Secara global, MARS dan para mitra telah memasang sekitar 60.000 reef stars yang mencakup hampir 900.000 fragmen terumbu karang. Salah satu terumbu karang terbesar di dunia yang telah dipulihkan oleh MARS terletak di Kepulauan Spermonde.
Baca juga: Mengenal Tujuan 14 SDGs: Ekosistem Lautan
Hasil utama dari konservasi dan dampak ekonomi lokal sejauh ini meliputi:
The Big Build merupakan bagian penting dari ambisi merek makanan hewan peliharaan MARS, Sheba yang ingin memulihkan lebih dari 185.000 meter persegi terumbu karang, atau seukuran 148 kolam renang olimpiade di berbagai lokasi di seluruh dunia pada tahun 2029.
Upaya ini akan melibatkan semua mitra nasional yang terlatih dengan metode MARRS dan akan memberikan pelatihan kepada banyak mitra dari berbagai sektor untuk berkontribusi dalam upaya restorasi massal.
Baca juga: Pemkot Banjarbaru Kembangkan Metode Pertanian Ramah Lingkungan
Prestasi ini akan dicapai dengan tim terlatih metode MARRS yang dapat memulihkan terumbu karang rusak dengan kecepatan, skala, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pendekatan lain.
Tim berpengalaman yang terdiri dari empat penyelam dapat memasang 600 reef stars dalam waktu dua hari.
MARS Chief Marine Scientist Professor David Smith menambahkan, terumbu karang adalah jantung lautan dan perusahaan bangga bahwa upaya di seluruh dunia untuk memulihkan dan memperbarui ekosistem berharga ini telah menunjukkan hasil yang luar biasa dan berdampak positif bagi komunitas lokal.
Teknik restorasi MARRS adalah metode restorasi terumbu karang yang murah dan dapat diperluas secara nyata.
"Dengan melatih lebih banyak mitra mengenai teknologi ini, serta sambil bekerja sama erat dengan komunitas peneliti untuk mengidentifikasi apa yang diperlukan untuk memberikan restorasi terumbu karang yang tangguh secara global, kami berharap dapat mengubah jalan terumbu karang dan masa depan kita bersama menjadi lebih baik," tuntas David.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya