KOMPAS.com – Lembaga PBB yang bertugas menangani AIDS, UNAIDS, meyakini bahwa AIDS dapat berakhir pada 2030.
Eliminasi AIDS merupakan salah satu target dalam tujuan nomor tiga Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu kehidupan sehat dan sejahtera.
Keyakinan berakhirnya wabah AIDS pada 2030 tersebut dituangkan UNAIDS dalam laporan terbaru berjudul The Path that Ends AIDS yang dirilis pada Kamis (13/7/2023).
Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima mengatakan, laporan terbaru tersebut berisi data dan studi kasus yang menyoroti bahwa mengakhiri AIDS adalah pilihan politik dan alokasi keuangan dari para pemimpin.
Baca juga: Apa Itu HIV dan AIDS? Kenali Perbedaannya Berikut...
Byanyima menuturkan, mengakhiri AIDS akan menjadi warisan yang sangat besar bagi generasi mendatang.
“Mereka (para pemimpin) dapat dikenang oleh generasi mendatang sebagai orang yang menghentikan pandemi paling mematikan di dunia. Mereka bisa menyelamatkan jutaan nyawa dan melindungi kesehatan semua orang. Mereka dapat menunjukkan apa yang dapat dilakukan kepemimpinan,” kata Byanyima dalam siaran pers.
Untuk diketahui, AIDS adalah suatu kondisi di mana orang yang terinfeksi HIV telah menyebabkan kerusakan serius pada sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan HIV adalah virus yang dapat menyebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, belum ada obat yang menyembuhkan HIV dan AIDS. pengobatan hanya seputar perawatan agar pasien bisa hidup dengan normal.
Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang efektif, kebanyakan orang dengan HIV tidak akan berkembang kondisinya menjadi AIDS dan bisa hidup dengan normal.
Baca juga: RSUD Abdoer Rahem Situbondo: 30 Pasien HIV AIDS di Situbondo Masih Usia SMP
Dilansir dari The Mesenger, UNAIDS memperkirakan bahwa ada 39 juta kasus HIV di seluruh dunia pada 2022. Jumlah ini meningkat sekitar 4 juta kasus dari 2012 yaitu 35 juta kasus global.
Bisa dikatakan, kenaikan kasus HIV di seluruh dunia adalah ratusan ribu per tahunnya dari 2012 hingga 2022. Bila dibandingkan,beberapa dekade sebelum 2012, setiap tahun ada jutaan kasus HIV didiagnosis setiap tahunnya.
Laporan tersebut menyoroti bahwa penanganan HIV dinilai berhasil ketika kepemimpinan politiknya kuat.
Kemajuan paling besar terjadi di negara dan wilayah yang memiliki investasi keuangan paling besar,seperti di Afrika bagian timur dan selatan. Di sana, infeksi HIV baru telah berkurang sebesar 57 persen sejak 2010.
Ada lima negara yang mendapat nilai paling tinggi dalam menangani HIV dan AIDS yaitu Botswana, Eswatini, Rwanda, Tanzania, dan Zimbabwe.
Baca juga: BPS: Kasus HIV/AIDS di Situbondo Mencapai 1.297 Kasus
Negara-negara ini mencapai target “95-95-95”. Target tersebut artinya lebih dari 95 persen orang dengan penyakit tersebut didiagnosis, 95 persen dari kelompok tersebut menggunakan pengobatan antiretroviral, dan 95 persen dari orang tersebut telah berhasil menekan virus.
Berkat dukungan dan investasi untuk mengakhiri AIDS di antara anak-anak, 82 persen ibu hamil dan menyusui yang hidup dengan HIV secara global dapat mengakses pengobatan antiretroviral pada 2022. Persentase ini naik dari 46 persen pada 2010.
Hal ini menyebabkan penurunan infeksi HIV baru sebesar 58 persen di antara anak dari tahun 2010 hingga 2022, jumlah terendah sejak 1980-an.
Selain itu, meningkatnya akses ke alat kontrasepsi dan perencanaan keluarga juga dinilai berhasil mencegah penyebaran virus.
Baca juga: Kasus HIV/AIDS di Sikka Bertambah Jadi 1.034 Orang, Didominasi Pria
Kemajuan dalam penanggulangan HIV diperkuat dengan memastikan bahwa kerangka hukum dan kebijakan tidak melemahkan hak asasi manusia, tetapi memungkinkan dan melindunginya.
Sejak 2010, jumlah orang yang memakai pengobatan antiretroviral meningkat dari 7,7 juta menjadi 29,8 juta pada 2022, kata UNAIDS.
Pada 2022, ada 1,3 juta kasus HIV baru terdeteksi di seluruh dunia, dan penyakit terkait AIDS bertanggung jawab atas 630.000 kematian.
“Kami optimistis, tetapi bukan optimisme santai yang mungkin datang jika semua berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, itu adalah harapan yang berakar pada melihat peluang untuk sukses, peluang yang bergantung pada tindakan,” kata Byanyima.
“Fakta dan angka yang dibagikan dalam laporan ini tidak menunjukkan bahwa sebagai dunia kita sudah berada sesuai jalur, itu menunjukkan bahwa kita bisa. Jalannya jelas,” sambungnya.
Baca juga: Ada 308 Kasus HIV/AIDS di Tangsel sejak Januari 2022, Lokasi Perawatan Ditambah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya