Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Makin Kencang, Jutaan Orang di 3 Benua Dicengkeram Panas Ganas

Kompas.com - 20/07/2023, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, panas ekstrem membebani sistem perawatan kesehatan serta membahayakan orang tua, bayi dan anak-anak.

Orang-orang dengan dengan penyakit kardiovaskular, diabetes, dan asma juga sangat rentan terhadap serangan panas.

Di Irak, yang terbiasa dengan suhu rata-rata Juli sekitar 32 derajat celsius, merasa sulit untuk mengatasi gelombang panas.

Wali Kota Basrah memberikan hari libur kepada pegawai negeri pada Kamis (20/7/2023) ketika suhu diperkirakan mencapai 50 derajat celsius atau lebih.

Baca juga: Pekan Pertama Juli Pecahkan Rekor Terpanas, Alarm Krisis Iklim Makin Nyaring

Amerika

Di Amerika Utara, puluhan juta orang pada Rabu kembali menghadapi teriknya panas matahari yang ganas setelah mengalami panas yang berbahaya pada hari sebelumnya.

Di San Angelo, Texas, Amerika Serikat (AS), suhu diperkirakan mencapai 42 derajat celsius.

Dan di Bandara Phoenix Sky Harbor, Arizona, AS, kembali melaporkan suhu di atas 43 derajat celsius pada Selasa (18/7/2023).

Selama 18 hari berturut-turut, wilayah tersebut mencatatkan suhu setara atau di atas 43 derajat celsius.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Hujan Makin Lebat dan Cuaca Ekstrem, Bencana Mengintai

Juli yang panas

Layanan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), melaporkan bahwa awal Juli sangatlah panas.

“15 hari pertama bulan Juli merupakan rekor 15 hari terhangat,” kata Direktur C3S Carlo Buontempo.

Salah satu institut iklim di Perancis, Institut Pierre-Simon Laplace, menyebutkan bahwa gelombang panas dan panas ganas yang terjadi di dunia bukanlah fenomena tunggal.

“Bukan satu fenomena tunggal tetapi beberapa tindakan pada waktu yang sama,” kata Direktur Institut Pierre-Simon Laplace Robert Vautard.

“Tapi semuanya diperkuat oleh satu faktor: perubahan iklim,” sambungnya.

Baca juga: Dampak Jangka Panjang Perubahan Iklim Berdasarkan Benua

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com