Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTS Selamatkan Eropa dari Krisis Energi akibat Gelombang Panas

Kompas.com - 09/08/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang masif di Eropa selatan rupanya memberikan berkah bagi “Benua Biru”.

PLTS disebut menyelamatkan Eropa terjerembab ke dalam krisis energi karena gelombang panas.

Seperti diketahui, gelombang panas memanggang Eropa selama beberapa pekan terakhir. Suhu yang panas tersebut mendorong tingginya konsumsi pendingin ruangan alias AC.

Baca juga: Progres Terbaru Rencana PLTS 300 MegaWatt Harita di Pulau Obi

Lonjakan permintaan listrik akibat melambungnya pemakaian AC dapat teratasi dengan PLTS.

“Pertumbuhan yang sangat signifikan dalam PLTS pada dasarnya mengompensasi puncak yang ditimbulkan oleh AC,” kata sekretaris jenderal grup industri listrik Eurelectric Kristian Ruby, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (7/8/2023).

Spanyol dan Yunani adalah di contoh negara di Eropa yang secara masif memasang PLTS tahun lalu. Aksi tersebut dilakukan karena tingginya harga energi yang dipicu perang Rusia-Ukraina.

Tahun lalu, Spanyol menambah kapasitas terpasang PLTS sebesar 4,5 gigawatt (GW). Hasilnya dapat dirasakan pada Juli tahun ini.

Baca juga: Revisi Penghapusan Ekspor Listrik PLTS Atap ke PLN Dikritik

Operator jaringan listrik Spanyol Red Electrica melaporkan, produksi listrik dari PLTS “Negeri Matador” pada Juli tahun ini adalah yang tertinggi hingga sekarang.

Data dari lembaga think tank energi Ember menunjukkan, PLTS memasok hampir 24 persen listrik Spanyol pada Juli tahun ini, naik dari 16 persen pada Juli 2022.

Di tempat lain, di Sisilia, Italia, hampir separuh dari kelebihan permintaan listrik sebesar 1,3 GW karena melonjaknya permintaan AC dikaver oleh PLTS, lapor Revinitif.

Produksi listrik PLTS di Sisilia bulan lalu lebih dari dua kali lipat dibandingkan produksi Juli 2022.

“Tanpa tenaga surya tambahan, dampak stabilitas sistem akan jauh lebih buruk,” kata analis daya dari Refinitiv, Nathalie Gerl.

Baca juga: PLTS Raksasa 2,6 GWp Dibangun di Australia, Produksi Hidrogen Hijau

Sementara itu, di Yunani, PLTS memasok 3,5 GW dari total permintaan 10,35 GW saat permintaan mencapai puncaknya pada 24 Juli, lapor operator jaringan IPTO.

Bergeser ke utara, negara yang lebih dingin dan tidak terlalu cerah seperti Belgia juga merasakan dampak positif dari pengembangan PLTS.

Listrik dari PLTS mengkaver lebih dari 100 persen kelebihan permintaan energi selama lonjakan permintaan listrik di siang hari.

Meskipun pertumbuhannya cepat, PLTS masih merupakan bagian yang relatif kecil dari bauran energi listrik di sebagian besar negara di Eropa.

Pembangkit listrik tenaga angin, gas, batu bara, dan nuklir biasanya memenuhi sebagian besar permintaan sepanjang tahun.

Baca juga: Dukung “Jabar Smile”, SUN Energy dan PLN Jabar Kolaborasi Tingkatkan Pemanfaatan PLTS Atap

Permintaan rendah

Ilustrasi panel surya atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).Shutterstock/Thinnapob Proongsak Ilustrasi panel surya atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Di satu sisi, selain PLTS, para analis menyampaikan adalah ada faktor lain yang membuat Eropa tidak sampai jatuh ke dalam krisis energi yaitu permintaan listrik relatif lebih rendah.

Sejak tahun lalu, konsumsi listrik di Eropa menurun karena tingginya harga energi sebagai imbas dari penyetopan pasokan gas Rusia ke “Benua Biru”.

Dibandingkan sebelum perang Rusia-Ukraina pecah, harga energi di Eropa saat ini relatif masih tinggi. Konsumen dan industri merespons tersebut dengan mengurangi konsumsi listrik.

Meski suhu panas ekstrem pada musim panas kali ini memecahkan rekor beberapa kali, permintaan listrik di Eropa rata-rata lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Baca juga: 5 Upaya Mencegah PLTS Atap Dicuri

Sebagai contoh, rata-rata konsumsi listrik di Italia per jam pada Juli 2023 4,4 persen lebih rendah dari pada Juli 2022. Sedangkan konsumsi listrik di Spanyol turun 3,6 persen untuk periode yang sama.

Para ilmuwan memperkirakan, perubahan iklim akan membuat gelombang panas akan menjadi lebih sering dan bahkan lebih parah di tahun-tahun mendatang.

Situasi tersebut tentu akan semakin membenani infrastruktur ketenagalistrikan di Eropa.

“Sistem energi kita memang tidak dirancang untuk mengatasi situasi seperti itu,” kata Simone Tagliapietra, peneliti senior di lembaga think tank Bruegel.

Baca juga: Potensi Besar, ASEAN Didorong Perkuat Kerja Sama Kembangkan PLTS

Bahkan sebelum kebakaran hutan tahun ini dan suhu ekstrem, panas dan kekeringan tahun lalu telah mengurangi produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Kekeringan juga menghambat penyaluran bahan bakar melalui sungai dan memaksa beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) membatasi produksinya karena air pendinginan berkurang.

Dalam sebuah surat kepada Komisi Eropa, berbagai kelompok industri mendesak pembuat kebijakan untuk mempercepat investasi dalam jaringan energi.

Komisi Eropa juga didesak mempromosikan proyek penggabungan PLTS dan baterai untuk memastikan tenaga surya berkembang cukup cepat untuk memenuhi target perlawanan perubahan iklim.

Baca juga: Komitmen Keberlanjutan, Danone Pasang PLTS Atap di Pabrik Klaten

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com