KOMPAS.com – Eropa menyetok dan menyimpang banyak panel surya alias pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di gudang-gudang yang ada di “Benua Biru”.
Lembaga think tank energi Rystad Energy melaporkan, total ada 40 gigawatt (GW) panel surya dengan nilai 7 miliar euro diborong oleh Eropa.
Stok PLTS tersebut diprediksi akan terus tumbuh dan mencapai 100 GW di gudang-gudang Eropa pada akhir tahun 2023.
Sebagian besar panel tersebut berasal dari China, sebagaimana dilansir Oil Price, 27 Juli 2023.
Langkah yang diambil Eropa tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan bauran energi terbarukan guna mengurangi ketergantungannya terhadap energi fosil, terutama dari Rusia.
Baca juga: PLTS Selamatkan Eropa dari Krisis Energi akibat Gelombang Panas
China saat ini mendominasi investasi energi bersih. Tahun 2022, “Negeri Panda” berkontribusi hampir setengah dari total kucuran investasi energi bersih di dunia.
China saat ini juga menjadi pemimpin manufaktur panel surya. Tak main-main, empat dari lima panel surya yang terjual di seluruh dunia berasal dari negara ini.
“Negeri Panda” sejauh ini telah mengucurkan lebih dari 50 miliar dollar AS ke lini produksi panel surya. Jumlah tersebut 10 kali lebih banyak dari Eropa.
Tahun lalu, International Energy Agency (IEA) mewanti-wanti adanya kerentanan jika dunia terus bergantung PLTS dari China.
“Dunia akan hampir sepenuhnya bergantung pada China untuk produksi panel surya hingga 2025. Tingkat konsentrasi dalam rantai pasokan global mana pun akan menunjukkan kerentanan yang cukup besar," tulis IEA dalam laporan khusus.
Baca juga: Progres Terbaru Rencana PLTS 300 MegaWatt Harita di Pulau Obi
Pengembangan PLTS yang masif di Eropa selatan rupanya memberikan berkah bagi “Benua Biru”.
PLTS disebut menyelamatkan Eropa terjerembab ke dalam krisis energi karena gelombang panas.
Seperti diketahui, gelombang panas memanggang Eropa selama beberapa pekan terakhir. Suhu yang panas tersebut mendorong tingginya konsumsi pendingin ruangan alias AC.
Lonjakan permintaan listrik akibat melambungnya pemakaian AC dapat teratasi dengan PLTS.
“Pertumbuhan yang sangat signifikan dalam PLTS pada dasarnya mengompensasi puncak yang ditimbulkan oleh AC,” kata sekretaris jenderal grup industri listrik Eurelectric Kristian Ruby, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (7/8/2023).
Spanyol dan Yunani adalah di contoh negara di Eropa yang secara masif memasang PLTS tahun lalu. Aksi tersebut dilakukan karena tingginya harga energi yang dipicu perang Rusia-Ukraina.
Baca juga: Revisi Penghapusan Ekspor Listrik PLTS Atap ke PLN Dikritik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya