Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Membangun Kesadaran Bahaya Polusi Udara

Kompas.com - 14/08/2023, 11:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kasus kematian yang diakibatkan pandemi covid-19 setiap hari terus diperbaharui di berbagai media massa, sedangkan kematian yang diakibatkan oleh polusi udara cenderung laten.

Selain infeksi pernapasan akut (ISPA), polusi udara juga akan memacu berbagai penyakit lainnya seperti jantung koroner, kanker, gangguan reproduksi, gangguan pertumbuhan anak, dan hipertensi.

Karena dampak yang tidak langsung tersebut, maka dampak dari buruknya kualitas udara tidak mendapatkan porsi perhatian yang besar dibandingkan dengan dampak kesehatan dari pandemi covid-19.

Berbagai upaya dan solusi sudah dilakukan oleh pemerintah, lembaga non-profit, komunitas, masyarakat umum, dan perusahaan swasta untuk merespons permasalahan buruknya kualitas udara di Indonesia, khususnya DKI Jakarta dan sekitarnya.

Pada beberapa pemberitaan, terlihat bahwa pemerintah mengampanyekan penggunaan kendaraan listrik untuk menjadi penurunan tingkat polusi udara.

Termasuk pemindahan Ibu Kota ke IKN salah satunya karena dipicu permasalahan polusi udara akut di Jakarta.

Beberapa tindakan lainnya, misalnya, program penanaman pohon, pemilahan sampah, pengetatan uji emisi kendaraan dan lain sebagainya.

Muncul pertanyaan lanjutan dari itu semua. Sudah efektifkah semua upaya tersebut untuk mengurangi tingkat polusi udara di Jakarta?

Sudahkan risiko atas polusi udara tersebut disadari oleh semua warga Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, dan mulai melakukan upaya pencegahan?

Kompleksitas permasalahan polusi udara ini, salah satunya dapat dilihat menggunakan kacamata Komunikasi Risiko.

Palenchar (2013) menyampaikan bahwa komunikasi risiko adalah aktivitas membangun relasi dan pemahaman bersama dalam rangka terbentuknya kesadaran bersama akan risiko yang akan dihadapi.

Kesadaran bersama tersebut kemudian akan diikuti dengan berbagai bentuk strategi komunikasi untuk dapat memunculkan solusi atau rekomendasi dalam upaya mengurangi risiko yang akan muncul.

Kajian komunikasi risiko sudah dilakukan para akademisi sejak puluhan tahun lalu, namun mendapatkan momentumnya kembali ketika pandemi covid-19 menerjang dunia pada awal 2020 (Abrams & Greenhawt, 2020; Malecki, Keating, & Safdar, 2021; Pascual-Ferrá, Alperstein, & Barnett, 2022).

Aktivitas komunikasi risiko perlu disesuaikan dengan bentuk bencana atau krisis yang dihadapi. Publik memiliki persepsi yang beragam untuk merespons suatu ancaman risiko.

Penelitan yang dilakukan oleh Bijaksana, Irfan dan Essa (2021) menunjukkan bahwa tingginya polusi udara di Kota Bandung tidak berbanding lurus dengan rendahnya persepsi publik terhadap kualitas udara di kotanya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau